Monthly Archives: October 2010

Muhammad Al-Fatih II Sang Penakluk Constantinople di Eropa


Turkie
Mehmed II


Muhammad al-Fatih

Sultan Muhammad II atau Mehmed Al-Fatih

Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.

Peta Turki

Yang mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab-Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.

Constantinople Shepherd

Wilayah Konstantinopel

Upaya pertama dilakukan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 668M, namun gagal dan salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Ayyub Al-Anshari ra. gugur. Sebelumnya Abu Ayyub sempat berwasiat jika ia wafat meminta dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim. Dan para sahabatnya berhasil menyelinap dan memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel di wilayah Golden Horn.

Generasi berikutnya, baik dari Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah hingga Turki Utsmani pada masa pemerintahan Murad II juga gagal menaklukkan Byzantium. Salah satu peperangan Murad II di wilayah Balkan adalah melawan Vlad Dracul, seorang tokoh Crusader yang bengis dan sadis (Dracula karya Bram Stoker adalah terinsipirasi dari tokoh ini). Selama 800 tahun kegagalan selalu terjadi, hingga anak Sultan Murad II yaitu Muhammad II naik tahta Turki Utsmani.

Sejak Sultan Murad I, Turki Utsmani dibangun dengan kemiliteran yang canggih, salah satunya adalah dengan dibentuknya pasukan khusus yang disebut Yanisari. Dengan pasukan militernya Turki Utsmani menguasasi sekeliling Byzantium hingga Constantine merasa terancam, walaupun benteng yang melindungi –bahkan dua lapis– seluruh kota sangat sulit ditembus, Constantine pun meminta bantuan ke Roma, namun konflik gereja yang terjadi tidak menelurkan banyak bala bantuan.

Constantine XI Paleologus


Constantine XI, the last Byzantine Emperor at the battlements, dawn of the 29th May of 1453

Hari Jumat, 6 April 1453M, Muhammad II atau disebut juga Mehmed bersama gurunya, syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Byzantium dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 150.000 ribu pasukan dan meriam buatan Urban –teknologi baru pada saat itu– Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk Islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai atau perang. Constantine Paleologus menjawab tetap mempertahankan kota dengan dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa.

Kota dengan benteng 10m-an tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat melalui pasukan altileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan laut Marmara pasukan laut harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.

Berhari-hari hingga berminggu-minggu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah pasukan Constantine mampu mempertahankan celah tersebut dan dengan cepat menumpuk kembali hingga tertutup. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal. Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah selat Golden Horn.

Constatinople Siege

29 Mei, setelah sehari istirahat perang Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian Army di lapis kedua dan terakhir pasukan Yanisari. Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.

Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Islam, Yahudi ataupun Kristen. Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.

Fall of Constatinople

Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah –terutama sekolah untuk kepentingan administratif kota– secara gratis, siapa pun boleh belajar, tak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, bahkan rumah diberikan gratis kepada para pendatang yang bersedia tinggal dan mencari nafkah di reruntuhan kota Byzantium tersebut. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi Istanbul, dan pencarian makam Abu Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan.

Dan kini Hagia Sophia yang megah berubah fungsi menjadi museum

Tombstone of Muhammad Al Fatih
Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu lil Sultan Muhammad Al Fateh.\
Jembatan yang menghubungi Turki Eropa dan Turki Asia

Amin ya Robbal alamin.

Sumber :
– Wikipedia
– Alwi Alatas : Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel, Penerbit Zikrul Hakim, 2005

Foto-foto Pelecehan Seksual


Foto kekejaman tentara USA

Seorang Tawanan Iraq yang sedang di interogasi oleh Tentara Amerika dengan beberapa ekor Anjing. Photo-photo yang lain memperlihatkan tawanan kewarganegaraan Iraq yang bergulingan di lantai, dengan berbagai luka dan pelecehan. 

Photo-photo yang diterbitkan The Washington Post:

Seorang tawanan Iraq yang diperlakukan seperti seekor Anjing oleh seorang Tentara Amerika..

Tidak diketahui secara jelas alasan Tentara Amerika Menghukum Tawanan yang tidak bersalah ini…

Salah satu bentuk dari sekian banyak pelecehan yang dilakukan oleh Tentara Amerika terhadap Tawanan Iraq…


Penyiksaan demi penyiksaan selalu diterima tawanan Penjara Abu Ghuraib tiap harinya….. 


Seorang Tentara Amerika yang menodongkan tangannya ke kemaluan tawanan …….

Hiburan bagi tentara Amerika sehari-harinya di dalam Penjara Abu Ghuraib…Cii…hh

Berbagai bentuk Intimidasi selalu dilancarkan tantara Amerika, guna mengorek keterangan selengkapanya tentang Mujahiddin…

Dibawah , Brigadier-General Janis Karpinski, sedang memberikan hasi pengamatannya terhadap kondisi tawanan iraq di penjara, dan mengusahakan memadamkan kekejaman yang belakangan sering dilakukan tentara Amerika……

Tawanan Iraq yang tewas akibat kebrutalan yang terus dilancarkan pada tawanan Iraq….

Photo diatas menunjukkan tulisan yang digoreskan Tentara Amerika pada kemaluan salah seorang tawanan Iraq..


Pasukan Paderi di Minangkabau Pengusir Penjajah adalah Wahabi (Salafi)


Di beberapa situs internet mengenai aliran Wahabi, ternyata aliran wahabi ini telah mengkafirkan beberapa ulama seperti Imam Bukhari, Imam Namawi, Ibnu Hajar, sahabat Rasulullah, bahkan Nabi Adam dan Siti Hawa pun mereka kafirkan.

Kemudian, statemen mereka: siapapun yang menolak wahabi berarti menolak Islam. Mereka mempunyai kitab Fiqih sendiri dan berbeda dengan fiqih dari 4 madzhab.

Memang Allah swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya manakala mendapatkan informasi atau berita yang tidak jelas/diragukan kebenarannya hendaklah melakukan pemeriksaan secara seksama sebelum diambilnya sebagai suatu pemikiran / keyakinan.

Firman Allah swt., “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. 49 : 6)

Da’wah Salafiyah adalah pelopor gerakan-gerakan ishlah (reformasi) yang muncul menjelang masa-masa kemunduran dan kebekuan pemikiran di dunia islam. Da’wah salafiyah ini menyerukan agar aqidah Islam dikembalikan kepada asalnya yang murni, dan menekankan pada pemurnian arti tauhid dari sirik dengan segala manifestasinya. Sebagian orang ada yang menyebut da’wah ini dengan Wahabi, karena dinisbatkan kepada nama pendirinya, yaitu Muhammad bin Abdul Wahab (1115 – 1206 H / 1703 – 1791 M).

Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah seorang ulama yang sangat tegas dan lantang dalam menyerukan tauhid. Ia seorang ulama yang karismatik dan disegani sehingga mampu menda’wahi para penguasa untuk kemudian bekerja sama menghancurkan berbagai kemusyrikan yang ada di masyarakat, seperti dengan penguasa Uyainah yang bernama Utsman bin Muammar atau dengan Pangeran Muhammad bin Su’ud sebagai pengusa Dir’iyah yang kemudian diteruskan oleh putranya yang bernama Pangeran Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud hingga Syeikh meninggal dunia.

Di antara prinsip-prinsip Da’wah Salafiyah :

  1. Pendiri da’wah ini, dalam studi-studinya adalah bermadzhab Hambali.
  2. Menekankan untuk senantiasa merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah dalam permasalahan aqidah.
  3. Berpegang teguh dengan Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
  4. Menyerukan kepada pemurnian arti tauhid.
  5. Menetapkan tauhid asma dan sifat-sifat Allah tanpa tamtsil (perumpamaan), takyif (pencocokan) dan ta’wail (interpretasi).
  6. Menentang segala bentuk bid’ah dan khurafat.
  7. Menentang segala bentuk ungkapan, petualangan tarekat sufistik yang dimasukan kedalam agama yang tak pernah ada sebelumnya.
  8. Melarang berkata-kata tentang Allah tanpa ilmu, berdasarkan firman Allah : “(Mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui.” (QS. Al A’raf : 33)
  9. Segala bentuk yang didiamkan oleh hukum syara’ adalah dimaafkan. Tak ada seorangpun yang berhak mengharamkan, mewajibkan atau memakruhkan berdasarkan firman Allah, “Janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu, dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur’an itu sedang diturunkan, nisacaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Maidah : 101

(Disarikan dari buku, al Mausu’atul Muyassaroh Fil Adyaan Wal Madzahibil Muaashiroh, WAMY, edisi terjemahan, hal. 227 – 232)

Sebagai da’wah yang memegang teguh prinsip-prinsip aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, maka Da’wah Salafiyah tidak mengkafirkan seorang pun dari kaum muslimin kecuali apabila orang itu melakukan perbuatan yang membatalkan keislamannya, sabda Rasulullah saw : “Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya (muslim) : Wahai kafir, maka pengkafiran ini akan kembali kepada salah satu dari keduanya, jika dia benar dalam pengkafirannya (maka tidak mengapa), tapi jika tidak maka ucapan itu akan kembali kepadanya” [HR Al-Bukhari)

Jadi prinsip Da’wah Salafiyah terhadap orang islam secara umum—walau ia melakukan dosa besar sekalipun—adalah tetap menganggap menghargai keislaman mereka apalagi terhadap orang-orang mulia yang anda sebutkan di atas.

Mereka adalah para ulama dan imam besar umat ini yang karya-karyanya justru dijadikan sebagai rujukan dan referensi oleh orang-orang salafi. Imam Bukhori dengan karyanya, “Shohihul Bukhori”. Imam Nawawi dengan karyanya, “Shohih Muslim bi Syarhin Nawawi”. Ibnu Hajar dengan karya terbesarnya,”Fathul Bari Syarh Shohihil Bukhori”

Orang-orang biasa menuduh “wahabi” kepada setiap orang yang melanggar tradisi, kepercayaan dan bid’ah mereka, sekalipun kepercayaan-kepercayaan mereka itu rusak, bertentangan dengan Al-Quranul Karim dan hadits-hadits shahih. Mereka menentang dakwah kepada tauhid dan enggan berdoa (memohon) hanya kepada Allah semata.

Suatu kali, di depan seorang Syaikh penulis membacakan hadits riwayat Ibnu Abbas yang terdapat dalam kitab Al-Arba’in An-Nawawiyah. Hadits ini berbunyi:

“Jika engkau memohon maka mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih)

Penulis sungguh kagum dengan terhadap keterangan Imam Nawawi ketika beliau mengatakan, “Kemudian jia kebutuhan yang dimintanya –menurut tradisi– di luar batas kemampuan manusia, seperti meminta hidayah (petunjuk), ilmu, kesembuhan dari sakit dan kesehatan, maka hal-hal itu (mesti) memintanya hanya kepada Allah semata. Dan jika hal-hal di atas dimintanya kepada makhluk maka itu amat tercela.”

Lalu kepada Syaikh tersebut penulis katakan, “Hadits ini berikut keterangannya menegaskan tidak dibolehkannya meminta pertolongan kepada selain Allah.” Ia lalu menyergah, “Malah sebaliknya, hal itu dibolehkan.”

Penulis lalu bertanya, “Apa dalil anda?” Syaikh itu ternyata marah sambil berkata dengan suara tinggi, “Sesungguhnya bibiku berkata, wahai Syaikh Sa’d” (1) dan Aku bertanya padanya, “Wahai bibiku, apakah Syaikh Sa’d dapat memberi manfaat kepadamu?!” Ia menjawab, “Aku berdoa (meminta) kepadanya, sehingga ia menyampaikannya kepada Allah, lalu Allah menyembuhkanku.”

Lalu penulis berkata, “Sesungguhnya engkau adalah seorang alim. Engkau banyak habiskan umurmu untuk membaca kitab-kitab. Tetapi sungguh mengherankan, engkau justru mengambil aqidah dari bibimu yang bodoh itu.”

Ia lalu berkata, “Pola pikirmu adalah pola pikir wahabi. Engkau pergi berumrah lalu datang dengan membawa kitab-kitab wahabi.”

Padahal penulis tidak mengenal sedikitpun tentang wahabi, kecuali sekadar yang penulis dengar dari para Syaikh. Mereka berkata tentang wahabi, “Orang-orang wahabi adalah mereka yang melanggar tradisi orang kebanyakan. Mereka tidak percaya kepada wali dan karamah-karamahnya, tidak mencintai Rasul dan berbagai tuduhan dusta lainnya.”

Jika orang-orang wahabi adalah mereka yang percaya hanya kepada pertolongan Allah semata, dan percaya yang menyembuhkan hanyalah Allah, maka aku wajib mengenal wahabi lebih jauh.

Kemudian penulis tanyakan jama’ahnya, sehingga penulis mendapat informasi bahwa pada setiap Kamis sore mereka menyelenggarakan pertemuan untuk mengkaji pelajaran tafsir, hadits, dan fiqh.

Bersama anak-anak penulis dan sebagian pemuda intelektual, penulis mendatangi majelis mereka kami masuk ke sebuah ruangan yang besar. Sejenak kami menanti, sampai tiada berapa lama seorang Syaikh yang sudah berusia masuk ruangan. Beliau memberi salam kepada kami dan menjabat tangan semua hadirin dimulai dari sebelah kanan, lalu beliau duduk di kursi dantak seorang pun berdiri untuknya. Penulis berkata dalam hati, “Ini adalah seorang Syaikh yang tawadhu’ (rendah hati), tidak suka orang berdiri untuknya (dihormati).”

Lalu Syaikh membuka pelajaran-pelajaran dengan ucapan, “Sesungguhnya segala puji adalah untuk Allah. Kepada Allah kami memuji, memohon pertolongan dan ampunan…”, dan selanjutnya hingga selesai, sebagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam biasa membuka khutbah dan pelajarannnya.

Kemudian Syaikh itu memulai bicara dengan menggunakan bahasa Arab. Beliau menyampaikan hadits-hadits seraya menjelaskan derajat shahih-nya dan para perawinya. Setiap kali menyebut nama Nabi, beliau mengucapkan shalawat atasnya. Di akhir pelajaran, beberapa soal tertulis diajukan kepadanya. Beliau menjawab soal-soal itu dengan dalil dari Al-Quranun Karim dan sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau berdiskusi dengan hadirin dan tidak menolak setiap penanya. Di akhir pelajaran, beliau berkata, “Segala puji bagi Allah bahwa kita termasuk orang-orang Islam dan salaf.(2) Sebagian orang menuduh kita orang-orang wahabi. Ini termasuk tanaabuzun bil alqab (memanggil dengan panggilan- panggilan yang buruk). Allah melarang kita dari hal itu dengan firman-Nya, “Dan janganlah kamu panggil-mamanggil dengan gelar-gelaran yang buruk.” (Al-Hujurat: 11)

Dahulu, mereka menuduh Imam Syafi’i dengan rafidhah. Beliau lalu membantah mereka dengan mengatakan, “Jika rafidhah (berarti) mencintai keluarga Muhammad. Maka hendaknya jin dan manusia menyaksikan bahwa sesungguhnya aku adalah rafidhah.”

Maka, kita juga membantah orang-orang yang menuduh kita wahabi, dengan ucapan salah seorang penyair, “Jika pengikut Ahmad adalah wahabi. Maka aku berikrar bahwa sesungguhnya aku wahabi.”

Ketika pelajaran usai, kami keluar bersama-sama sebagian para pemuda. Kami benar-benar dibuat kagum oleh ilmu dan kerendahan hatinya. Bahkan aku mendengar salah seorang mereka berkata, “Inilah Syaikh yang sesungguhnya!”

A. Pengertian wahabi

Musuh-musuh tauhid memberi gelar wahabi kepada setiap muwahhid (yang mengesakan Allah), nisbat kepada Muhammad bin Abdul Wahab. Jika mereka jujur, mestinya mereka mengatakan Muhammadi nisbat kepada namanya, yaitu Muhammad. Betapa pun begitu, ternyata Allah menghendaki nama wahabi sebagai nisbat kepada Al-Wahhaab (Yang Maha Pemberi), yaitu salah satu dari nama-nama Allah yang baik (Asmaa’ul Husnaa).

B. Muhammad bin Abdul Wahab

Beliau dilahirkan di kota ‘Uyainah, Nejed pada tahun 1115 H. Hafal Al-Quran sebelum berusia sepuluh tahun. Belajar kepada ayahandanya tentang fiqih Hanbali, belajar hadits dan tafsir kepada para Syaikh dari berbagai negeri, terutama di kota Madinah. Beliau memahami tauhid dari Al-Kitab dan As-Sunnah. Memelihara kemurnian tauhid dari syirik, khurafat dan bid’ah, sebagaimana banyak ia saksikan di Nejed dan negeri-negeri lainnya. Demikian juga soal menyucikan dan mengkultuskan kubur, suatu hal yang bertentangan dengan ajaran Islam yang benar.

Ia mendengar banyak wanita di negerinya ber-tawassul dengan pohon kurma yang besar. Mereka berkata, “Wahai pohon kurma yang paling agung dan besar, aku menginginkan suami sebelum setahun ini.”

Di Hejaz, ia melihat pengkultusan kuburan para shahabat, keluarga Nabi, (ahlul bait), serta kuburan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,hal yang sesungguhnya tidak boleh dilakukan, kecuali kepada Allah semata.

Di Madinah, Ia mendengar permohonan tolong (istighaatsah) kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, serta berdoa (memohon) kepada selain Allah, hal yang sungguh bertentangan dengan Al-Quran dan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Al-Quran menegaskan,

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi madharat kepadamu selain Allah, sebab jika berbuat (yang demikian itu), sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (Yunus: 106)

Zhalim dalam ayat ini berarti syirik. Suatu kali, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada anak pamannya, Abdullah bin Abbas:

“Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hasan shahih)

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menyeru kaummnya kepada tauhid dan berdoa (memohon) kepada Allah semata, sebab Dialah Yang Mahakuasa dan Yang Maha Menciptakan, sedangkan selainNya adalah lemah dan tak kuasa menolak bahaya dari dirinya dan dari orang lain. Adapun mahabbah (cinta kepada orang-orang shalih), adalah dengan mengikuti amal shalihnya, tidak dengan menjadikannya perantara antara manusia dengan Allah, dan juga tidak menjadikannya sebagai tempat bermohon selain daripada Allah.

1. Penentangan orang-orang batil terhadapnya:

Para ahli bid’ah menentang keras dakwah tauhid yang dibangun oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Ini tidak mengherankan, sebab musuh-musuh tauhid telah ada sejak zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan mereka merasa heran terhadap dakwah kepada tauhid. Allah berfirman:

“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5)

Musuh-musuh Syaikh memulai perbuatan kejinya dengan memerangi dan menyebarluaskan berita-berita bohong tentangnya. Bahkan mereka bersekongkol untuk membunuhnya dengan maksud agar dakwahnya terputus dan tak berkelanjutan. Tetapi Allah Subhana wa Ta’ala menjaganya dan memberinya penolong sehingga dakwah tauhid tersebar luas di Hejaz, dan di negara-negara Islam lainnya.

Meskipun demikian, hingga saat ini, masih ada pula sebagian manusia yang menyebarluaskan berita-berita bohong. Misalnya, mereka mengatakan dia (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab) adalah pembuat madzhab yang kelima(3), padahal dia adalah seorang penganut madzhab Hanbali. Sebagian mereka mengatakan, orang-orang wahabi tidak mencintai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam serta tidak bershalawat di atasnya. Mereka anti bacaan shalawat.

Padahal kenyataannya, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab – rahimahullah- telah menulis kitab Mukhtashar Siiratur Rasul shalallahu ‘alaihi wasallam. Kitab ini bukti sejarah atas kecintaan Syaikh kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Mereka mengada-adakan berbagai cerita dusta tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, suatu hal yang karenanya mereka bakal dihisab pada hari Kiamat.

Seandainya mereka mau mempelajari kitab-kitab beliau dengan penuh kesadaran, niscaya mereka akan menemukan Al-Quran, hadits dan ucapan shahabat sebagai rujukannya.

Seseorang yang dapat dipercaya memberitahukan kepada penulis, bahwa ada salah seorang ulama yang memperingatkan dalam pengajian-pengajiannya dari ajaran wahabi. Suatu hari, salah seorang dari hadirin memberinya sebuah kitab karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Sebelum diberikan, ia hilangkan terlebih dahulu nama pengarangnya. Ulama itu membaca kitab tersebut dan amat kagum dengan kandungannya. Setelah mengetahui siapa penulis buku yang dibaca, mulailah ia memuji Muhammad bin Abdul Wahab.

2. Dalam sebuah hadits disebutkan;

“Ya Allah, berilah keberkahan kepada kami di negeri Syam, dan di negeri Yaman. Mereka berkata, ‘Dan di negeri Nejed.’ Rasulullah berkata, ‘Di sana banyak terjadi berbagai kegoncangan dan fitnah, dan di sana (tempat) munculnya para pengikut setan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dan ulama lainnya menyebutkan, yang dimaksud Nejed dalam hadits di atas adalah Nejed Iraq. Hal itu terbukti dengan banyaknya fitnah yang terjadi di sana. Kota yang juga di situ Al-Husain bin Ali radhiallahu ‘anhuma dibunuh.

Hal ini berbeda dengan anggapan sebagian orang, bahwa yang dimaksud dengan Nejed adalah Hejaz, kota yang tidak pernah tampak di dalamnya fitnah sebagaimana yang terjadi Iraq. Bahkan sebaliknya, yang tampak di Nejed Hejaz adalah tauhid, yang karenanya Allah menciptakan alam, dan karenanya pula Allah mengutus para rasul.

3. Sebagian ulama yang adil sesungguhnya menyebutkan bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah salah seorang mujaddi (pembaharu) abad dua belas Hijriyah.

Mereka menulis buku-buku tentang beliau. Di antara para pengarang yang menulis buku tentang Syaikh adalah Syaikh Ali Thanthawi. Beliau menulis buku tentang “Silsilah Tokoh-Tokoh Sejarah”, di atanra mereka terdapat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan Ahmad bin ‘Irfan.

Dalam buku tersebut beliau menyebutkan, aqidah tauhid sampai ke India dan negeri-negeri lainnya melalui jama’ah haji dari kaum muslimin yang terpengaruh dakwah tauhid di kota Makkah. Karena itu, kompeni Inggris yang menjajah India ketika itu, bersama-sama dengan musuh-musuh Islam memerangi aqidah tauhid tersebut. Hal itu dilakukan, karena mereka mengetahui bahwa aqidah tauhid akan menyatukan umat Islam dalam melawan mereka.

Selanjutnya mereka mengomando kepada kaum Murtaziqah (orang-orang bayaran) agar mencemarkan nama baik dakwah kepada tauhid. Maka mereka pun menuduh setiap muwahhid yang menyeru kepada tauhid dengan kata wahabi. Kata itu mereka maksudkan sebagai padanan dari tukang bid’ah sehingga memalingkan umat Islam dari aqidah tauhid yang menyeru agar umat manusia berdoa hanya semata-mata kepada Allah. Orang-orang bodoh itu tidak mengetahui bahwa kata wahabi adalah nisbat kepada Al-Wahhaab (Yang Maha Pember), yaitu salah satu dari Nama-nama Allah yang paling baik (Asma’ul Husna) yang memberikan kepadanya tauhid dan menjanjikananya masuk Surga.

Wallahu A’lam

Sumber : http://www.eramuslim.com

Buruk Muka Islam Dibelah

Umat Islam Bosnia-Herzegovina di Sarajevo (AP Photo/Hidajet Jelic)HARMONI multi-agama di Sarajevo membikin Stephen Schwartz terkagum-kagum. Suatu sore pada 1999, Schwartz berkunjung ke Sinagoge Ashkenazi di ibu kota Bosnia-Herzegovina itu. Wartawan Forward, koran komunitas Yahudi-Amerika, ini melihat Chazzan David Kamhi memimpin pelayanan Sabat dengan gaya Sinagoge Istanbul. Maklum saja, Bosnia pernah di bawah imperium Turki Usmani.

Tak berselang lama, denting bel gereja terdengar bersahutan, tidak jauh dari sinagoge itu. David Kamhi tetap khusyuk melantunkan nyanyian Sabat Kabbalistik yang terkenal, Leha Dodi, Datanglah Sobatku. Matahari mulai terbenam, giliran seruan azan berkumandang syahdu, susul-menyusul dari menara-menara masjid di Sarajevo. Suaranya juga terdengar di dalam sinagoge.

Kumandang azan magrib itu sekaligus menjadi tanda bersama berakhirnya aktivitas siang di Sarajevo. Baik untuk Islam, Kristen, Yahudi, bahkan ateis. Karena kemajemukan agamanya, Sarajevo mendapat label ”Yerusalem-nya Balkan”. Namun, berbeda dari Yerusalem yang bergolak, Sarajevo, kata Schwartz, memberi model ”perbincangan damai peradaban”.

Schwartz yakin, kerukunan model Balkan bisa menjadi solusi untuk meredam ancaman ”benturan peradaban” pasca-serangan 11 September 2001, yang kini dicemaskan dunia Barat dan Muslim. Schwartz, penulis editorial Voice of America ini, sampai pada keyakinan itu setelah terlibat intensif dalam kegiatan antar-iman selama tiga tahun bekerja di Bosnia dan Kosovo.

Tak cuma solusi konflik, pengalaman Balkan juga menginspirasi tesis lain: tentang akar radikalisme Islam dan cara membendungnya. Niat baik Schwartz menemukan solusi damai itu menjadi kontroversial saat memasuki tesis ini. Ia menilai aksi terorisme Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden tak berakar pada faktor kemiskinan, represi rezim Arab, dominasi ekonomi global Amerika, atau wajah buruk Amerika yang membela Israel. Ia tumbuh, katanya, karena pengaruh aliran puritan bernama Wahabiyah.

Stephen Schwartz (Lorenzo Casanova) ”Teori” Schwartz itu muncul dalam bukunya, The Two Faces of Islam: The House of Sa’ud from Tradition to Terror, yang terbit November 2002 di New York. Belakangan, buku setebal 312 halaman itu beredar di Indonesia. Awal bulan lalu, Jaringan Islam Liberal (JIL) Jakarta mendiskusikan buku itu di Utan Kayu, Jakarta. Pembicaranya, Dr. Fuad Jabali, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, dan Ulil Abshar-Abdalla, Koordinator JIL.

Wahabiyah atau wahabisme adalah salah satu model pemikiran teologi Islam di bawah payung Salafiyah, yakni mereka yang mengidamkan Islam kembali ke model salaf, klasik, seperti di zaman Nabi Muhammad SAW. Model itu dipercaya lebih otentik. Pola keislaman yang berkembang sekarang dinilai banyak tercampur bid’ah dan khurafat.

Berbeda dengan Salafiyah model Ahman bin Hanbal atau Ibnu Taimiyah yang moderat, Salafi yang dikembangkan Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1878) ini lebih radikal. Pendukung Wahabi lantas berkongsi dengan Abdul Azis ibnu Sa’ud mendirikan Kerajaan Arab Saudi pada 1924. Wahabi menjadi mazhab resmi Saudi.

Osama bin Laden yang kelahiran Saudi, bagi Schwartz, adalah contoh kongkret sosok teroris hasil produksi Wahabi. Tudingan itu dikuatkan fakta bahwa 15 dari 19 tersangka pelaku pembajak pesawat dalam serangan 11 September adalah warga Saudi. Dus, Wahabi itu dianggap identik dengan terorisme. Dalam buku ini, Schwartz juga menunjukkan dukungan finansial Pemerintah Saudi yang sangat besar bagi ekspansi Wahabi ke penjuru dunia.

Schwartz menyalahkan George W. Bush yang menyebut Irak dan Iran sebagai ”Poros Kejahatan”, bersama Korea Utara. Ia malah menganggap sekutu Amerika, yakni Saudi, yang menjadi ”eksportir sejati ekstremis Islam dan teroris internasional”.

Gaya bahasa buku ini lugas, dan cenderung menyederhanakan soal. Terkesan provokatif. Schwartz pertama kali mendengar kata ”Wahabi” di Balkan, awal 1990-an. Ia melihat sendiri perseteruan antara Muslim lokal Balkan tradisional dan Wahabi yang radikal. Balkan, tuturnya, termasuk korban propaganda Wahabi.

Schwartz panjang lebar membahas wajah kaum Wahabi yang disebutnya fasis, tidak toleran, dan ekstrem. Ia lalu menyebut tampilan Islam keras model ini cuma minoritas di dunia Muslim. Sayang, wajah keras inilah yang menjadi citra Islam dalam masyarakat Barat pasca-peristiwa 11 September.

Buku ini berniat menunjukkan adanya wajah Islam lainnya yang lebih pluralis, toleran, dan bisa koeksistensi dengan kalangan lain yang beragam. Wajah mayoritas. Schwartz menyebutnya ”Islam tradisional”. Paras Islam inilah yang ia jumpai di Balkan. Barat harus belajar dari Balkan. Di sana ada kerja sama multi-iman dan peradaban.

Schwartz mendorong agar Amerika Serikat mengambil prakarsa menggandeng Islam tradisional dalam wacana intelektual dan spiritual global. Lebih dari itu, menurut dia, Amerika harus membujuk Saudi menghentikan bantuan bagi ekspansi global Wahabi. Bagi Schwartz, setiap bantuan Saudi untuk pendirian masjid atau madrasah adalah bagian ekspansi Wahabi dan berarti pelebaran pangkalan teror.

Menempatkan aliran agama sebagi pemicu aksi terorisme dinilai sejumlah kalangan sebagai penyederhanaan soal. Ulil Abshar-Abdalla, meski sangat kritis pada Wahabi, menilai pandangan Schwartz berlebihan. ”Terorisme adalah fakta sosial yang lahir karena multifaktor, meski salah satunya Wahabi,” katanya.

Toh, Ulil tokoh JIL (Jaringan Islam Liberal) tetap memandang Wahabi mesti dikritik karena kecenderungannya yang literal, kaku, dan merasa paling berhak menghakimi pihak lain. Ulil sendiri gagal menyelesaikan studinya di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA), lembaga pendidikan milik Saudi di Indonesia yang disebut-sebut sebagai pusat ajaran Wahabi –gara-gara ujiannya dalam mata kuliah akidah dianggap tidak lulus. Meski, ia telah menuntaskan skripsi.

Teman sengkatan Ulil di LIPIA, Anis Matta, yang kini menjadi Sekretaris Jenderal Partai Keadilan, menilai Schwartz tak menengok referensi Wahabi secara baik. Ia menyebut tokoh utama Wahabi, yakni Ibnu Taimiyah, justru paling anti mengafirkan Muslim lain. ”Dari segi metodologi, mengaitkan terorisme dengan akar teologi tidak relevan,” ujar Anis. Pandangan model itu, katanya, mengabaikan faktor sosiologis yang menjadi penyebab utama terorisme.

Front Flap of "The Two Faces of Islam" (Stephen Schwartz) Secara historis, menurut guru besar sejarah Islam UIN Jakarta, Azyumardi Azra, tidak bisa disangkal bahwa sejarah Wahabi lekat dengan kekerasan. Ibnu Taimiyah tak bisa disamakan dengan Ibnu Abdul Wahab, pendiri Wahabi. Meski keduanya sama-sama penganut Salafi, Ibnu Abdul Wahab lebih radikal (baca: Dari Wahabi ke Padri). Azyumardi menyebutnya ”Salafi radikal”.

Toh, radikalisme Islam kontemporer, tutur Rektor UIN Jakarta itu, lebih disebabkan faktor ketidakadilan politik-ekonomi. Aliran teologi itu cuma menyusup sebagai kerangka justifikasi. Ia pun tak melihat setiap bantuan asal Saudi dimaksudkan sebagai ekspansi Wahabi. Banyak bantuan masuk ke pelbagai lembaga di Indonesia, tapi Wahabi tak juga berkembang pesat.

”Secara sosiologis, Islam di Indonesia tidak compatible dengan Wahabi,” ujar Azyumardi. Satu-satunya penerus Wahabi di Indonesia dalam sejarah Islam Indonesia, tuturnya, adalah Gerakan Padri. Ia mencontohkan banyak doktor Indonesia lulusan Saudi yang tak ganti haluan menjadi Wahabi. Di antaranya Menteri Agama Prof. Said Agil Al-Munawwar, atau Rais Suriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Prof. KH Said Aqil Siradj.

Sejumlah organisasi kemasyarakatan Islam yang biasa menerima bantuan dari Saudi mendukung pendapat Azyumardi. Wartawan Gatra Luqman Hakim Arifin tiga pekan lalu menghubungi Ketua Umum Persis, KH Siddiq Amin, dan Sekretaris Jenderal Al-Irsyad, Masdun Pranoto.

Keduanya mengakui, kedekatan corak pemikiran memudahkan mereka mendapat bantuan dari Saudi. Tapi, Siddiq Amin menyangkal anggapan bahwa bantuan itu dikaitkan dengan praktek ajaran Wahabi. ”Kami tidak pernah mengaku sebagai gerakan Wahabi. Orang luar yang bilang begitu,” katanya. Masdun juga menegaskan, Al-Irsyad berbeda dari Wahabi. ”Al-Irsyad tak melakukan pembongkaran total seperti Wahabi,” kata Masdun.

Angan-angan Schwartz mendamaikan Barat-Islam tampaknya bakal tenggelam oleh kontroversi yang tak perlu akibat tesis yang sembrono.

Sumber :

http://www.gatra.com/artikel.php?id=27685

Wahabi Perluas ‘Cabang’ di Indonesia

Jakarta, NU Online

Kelompok Islam penganut ajaran Muhammad bin Abdul Wahab (Wahabi) melalui Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) akan memperluas cabangnnya di Indonesia dan difasilitasi langsung oleh Menteri Agama M. Maftuh Bastyuni bersama perwakilan Kerajaan Arab Saudi.

Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Sa`ud sebagai representasi dari Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia dalam waktu dekat akan membuka cabang baru LIPIA di tiga daerah di Indonesia.

Rektor Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Sa`ud Prof Dr Sulaiman bin Abdullah bin Hamud Abalkhail, di Jakarta Rabu (29/1/2009) mengungkapkan rencana perluasan cabang itu, namun belum memastikan ketiga daerah itu karena harus dibicarakan dengan Menteri Agama.

Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni sendiri usai menyaksikan wisuda mahasiswa LIPIA angkatan 27,28 dan 29 di Balai Sudirman Jakarta Kamis (29/1) siang menyatakan tiga daerah itu kemungkinan berada di pulau Jawa, Sulawesi dan Sumatera.

“Memang betul LIPIA akan ada di tiga daerah, yakni Semarang Jawa Tengah, lalu di Indonesia bagian Timur persisnya di Makassar Sulawesi Selatan dan mungkin satu lagi di Padang, Sumatera Barat. Tapi ini masih menunggu waktu sampai kesiapan telah memadai,” jelas Menag.

Menurut Maftuh, dalam waktu dekat, Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan akan segera mewujudkan LIPIA bagi masyarakat Sulawesi Selatan. “Insya Allah dalam waktu dekat, Sulawesi Selatan akan dapat merealisasikan rencana berdirinya LIPIA, karena mereka sudah siap,”tandas Menag.

Ia menyambut gembira kehadiran LIPIA di Indonesia apalagi adanya rencana penambahan cabang baru di tiga daerah di Indonesia. “Saya gembira dengan kehadiran LIPIA. Karena memang lemmbaga ini sangat dibutuhkan umat Islam Indonesia dewasa ini,” tandas Menag.

Prof Sulaiman menjelaskan, selama ini LIPIA yang ada di Jakarta telah membina lembaga Al khadimul Haramain di Aceh. Kebrhasilan LIPIA selama ini dalam meningkatkan pengetahuan Islam dan bahasa Arab, menurut dia, tidak lepas dari dukungan Departemen Agama dan Kantor Kedutaan Besar Saudi Arabia di Jakarta.

Direktur LIPIA Dr Abdullah Hadhidh Al-Sulamy mengungkapkan, sekitar 1400 mahasiswa dan mahasiswi belajar di berbagai jurusan yang ada di LIPIA yaitu Jurusan Syariah, Jurusa Persiapan Bahasa Program Intensif, Jurusan Pendidikan Takmili (Pra Universitas).

Sementara itu lebih kurang 8604 alumni LIPIA telah tersebar di berbagai kegiatan dan profesi di Indonesia. “Tersebar menjadi pemimpin, guru, hakim, gubernur, wakil gubernur serta anggota MPR dan DPR,” jelasnya optimis.

Sumber :

http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=16099

Dahulu Benua Hanya Satu (Pangea)


Pangea Sang Nenek Moyang Benua

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan teori Pangea? Teori Pangea adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa jutaan tahun yang lalu semua benua bergabung bersama dalam satu daratan besar yang disebut Pangea (sebelum akhirnya benua sekarang terdiri dari 5 buah benua).

Kemudian karena suatu alasan yang masih belum diketahui pasti, benua-benua pecah dan mulai hanyut dalam arah yang berlawanan. Teori selanjutnya mengatakan bahwa benua-benua akan terus melayang sampai mereka bertemu lagi, dalam konfigurasi yang berbeda. Di yakini oleh beberapa ahli bahwa pangea memilik karakteristik yang sama dengan Antartica sekarang.

Teori Pangea sendiri didasari oleh teori Alfred Wegener,seorang Ilmuwan Jerman. Pada Tahun 1920 dalam buku The Origin of Continents and sea (Entstehung Die Kontinente und der Ozeane), Dia mendalilkan bahwa semua benua itu pada satu waktu membentuk satu superbenua Pangaea, sebelum kemudian putus dan hanyut ke lokasi sekarang.

Jadi benua pada jaman dahulu di ibaratkan sebuah batu apung yang bergerak karena adanya pergerakan lempeng di bagian bawah kulit bumi ini. Pangea mulai memecahkan diri nya menjadi benua (daratan) yang lebih kecil yang bernama Laurasia (membentuk daratan belahan selatan seperti amerika latin, Afrika, India, Antartika, Australia, Selandia baru, New guenea dll) dan Gondwanaland (membentuk daratan belahan utara seperti Amerika dan Eropa)

Sedangkan pada akhir periode Cretaceous benua benua yang ada sudah sama dengan apa yang kita lihat hari ini (5 benua). Pada saat benua Pangea terbentuk, daratan daratan yang menjadi benua sekarang memiliki daratan penghubung (jembatan benua) yang menghubungkan benua Amerika bagian selatan (latin), Afrika, India, Australia dan Antartika.

Pertanyaan nya sekarang adalah, bila kerak kulit bumi ini terus bergerak sampai hari ini, maka berapa kecepatan nya? oke, jadi begini, benua yang kita diami sekarang ini bergerak sangat lambat (dan tak bisa dirasakan oleh kita yang berdiri diatasnya), pergerakan lempeng lempeng benua ini tiap tahun nya mencapai 1.5 inchi/tahun bahkan lebih lambat dari pertumbuhan kuku jari tangan kita pertahun nya.

Dan dengan ini jelas dibutuhkan ber juta juta tahun bagi daratan benua itu untuk bergerak berjauhan dan membentuk benua yang ada sekarang.

Dan tanpa kita sadari pun sekarang benua benua kita telah “bertumbukan” dan proses nya telah berlangsung selama beberapa juta tahun, daratan Afrika telah bertumbukan dengan daratan benua Eropa. Italia, Yunani dan hampir semua kota di bagian Mediteranian merupakan bagian dari alur lempeng Afrika, dan itu telah tercatat pergerakan nya dalam 40 juta tahun terakhir (menurut data geologist).

Tanda-tanda lain pergerakan tersebut adalah Gunung Alpen Swiss dan pegunungan Pyrenees telah saling mendorong, sehingga menyebabkan gempa bumi yang terkadang menyerang wilayah bagian Yunani dan Turki. begitu pula Australia yang diramalkan kedepan nya bila diperhitungkan dengan pergerakan lempeng bumi tersebut, maka Australia akan terus bergerak ke arah Utara hingga membentur Asia Tenggara. begitu pula dengan benua lain seperti benua Amerika.

Awal terbentuknya Samudera besar di bumi ini juga di pengaruhi oleh Pangea. Setelah perpisahan (partisi pangea) tersebut muncullah samudera yang diperkirakan terbentuk 180-200 juta tahun yang lalu yaitu Samudera Atlantik tengah antara barat laut Afrika dan Amerika Utara serta Samudera Hindia barat daya antara Afrika dan Antartika.

Jadi sangat dimungkinkan bila ini terus terjadi, maka bumi (benua) kita ini sedang dalam proses untuk menjadi “pangea” selanjutnya, karena bukti bukti penelitian memang menunjukkan hal tersebut. Jadi kurang lebih 250 tahun lagi Bumi ini bisa jadi tak berbentuk lagi seperti sekarang ini demikian penilitian yang di lakukan pihak NASA (Pangea Ultima).

Selain membentuk Samudera, karena teori nya dulu benua kita saling terhubung, maka saat benua ini terpecah pecah menjadi sekarang ini, juga membawa karakteristik vulkanis yang serupa, seperti terbentuknya “ring of fire” atau cincin api yang melingkar dari Peru, terus memanjang hingga ke Meksiko, sepanjang pantai timur Amerika (los angeles), Alaska, Jepang, lalu Piliphina, Indonesia, kepulauan di Pasifik, dan berakhir di Selandia baru.

Bumi tidak permanent, dalam arti, permukaan planet kita selalu dalam keadaan bergerak yang di akibatkan oleh lempengan. Sejak tahun 1960-an, peneliti mulai mempelajari pergerakan dari benua-benua, sebuah proses yang dinamakan plate tectonics. Dengan mempelajari plate tectonic, peneliti juga mengerti, bagaimana dan darimana asal gempa bumi itu bisa terjadi


Bumi bagaikan puzzle (lempeng), bukan seperti kulit jeruk bali

Peneliti, mengandaikan Bumi seperti telur yang retak. Dimana pecahan-pecahan itu disebut tectonic plate. Diatas plate/pecahan ini, ada benua yang kita tempati. Plate atau pecahan ini lah yang terus bergerak perlahan terkadang bergerak menabrak plate/pecahan yang lain, atau bahkan bergerak menjauhi plate/pecahan yang lain. Terkadang, sebuah benua, bisa terletak diatas/diantara dua plate/pecahan. Ketika pecahan ini bergerak menjauh, maka akan menyebabkan benua diatasnya terpisah.

Tectonic plate/ pecahan tectonic, akan mengakibatkan gempa bumi, ketika mereka bergerak. Dibawah plate/pecahan, terdapat gunung bawah air yang mengeluarkan semburan batu panas keatas. Terkadang, semburan ini keluar dengan tekanan yang sangat tinggi. Tekanan ini yang menyebabkan kita merasakan gempa bumi

Gempa bumi juga dapat disebabkan apabila terdapat dua plate/pecahan yang bergerak menjauhi satu sama lain. Tekanan yang disebabkan karena gerakan yang berlawanan inilah yang menyebabkan gempa bumi. Gerakan yang berlawanan ini juga menyebabkan permukaan diatasnya (daratan/benua) terpisah.

Salah satu contoh daerah yang terletak diantara dua plate/pecahan adalah California. California terletak diatas pasific plate, dan North American plate. Peneliti mengatakan, Pasific plate bergerak kearah barat laut, sedangkan North American plate, bergerak kearah tenggara.

Teori mengenai tectonic plate ini dimulai oleh seorang peneliti Jerman, Alfred Wegener. Ia mengemukakan bahwa, benua-benua bergerak dan sampai sekarang masih bergerak

Dia mengatakan ide ini ketika menemukan bahwa garis pantai Amerika Selatan dan Afrika dapat ’cocok’ apabila dipasangkan seperti puzzle. Dia menduga, bahwa dulu dua benua itu adalah satu, namun kemudian terpisah

Alfred Wegener, berteori bahwa dulu, Bumi terdiri dari satu benua besar yang bernama Pangaea. Wegener juga menemukan fosil sebuah tanaman yang mirip didaerah berbeda: Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartica. Dia juga menemukan pegunungan yang mirip: di Afrika Selatan dan di Argentina. Penemuan ini semakin mendukung idenya

Dua peneliti lain, Harry Hess dan Robert Dietz, mendukung ide Wegener. Mereka juga berteori bahwa lantai laut Atlantic, bergerak beberapa cm setiap tahunnya.

Inti kata, peneliti mempercayai bahwa dulunya Bumi itu terdiri dari 1 benua. Namun karena pergerakan tectonic plate, benua tersebut terpisah. Dan dipercayai, sampai sekarang benua-benua masih bergerak dengan sangat lambat, sehingga tidak disadari manusia

Dengan bukti:
* bahwa ada kemiripan garis pantai 1 benua dengan yg lain
* Ada kemiripan flora dan fauna dari 1 benua dg benua lain (diduga dl mereka mempunyai habitat yg sama)
* Teori tectonic plate –> lantai laut bergerak –> mereka juga percaya bahwa ini adalah penyebab gempa bumi

sumber ::

http://en.wikipedia.org/wiki/Pangaea

berbagai sumber

Foto-foto Tsunami di Mentawai – Sumatera Barat


Gempa/tsunami mentawai

Kondisi Pagai Utara di foto dari udara

Tsunami di Mentawai capai 13 meter, Mentawai diterjang ombak 2 kali, yang pertama setinggi 7 meter dan yang kedua setinggi 13 meter, 11 Desa hilang, 2 pulau tersapu bersih, Ribuan orang tak terdeteksi, Gempa 8,9 SR di Sumatera Barat diprediksi masih tidur walaupun Gempa 7,2 SR di Mentawai telah berlalu. Soal prediksi pakar LIPI dengan gempa 8,9 SR, menurutnya berada di blok lain. Tepatnya di bawah blok megathrust (gempa besar), berada di bawah pulau Siberut. Luas Zona tersebut memanjang di bawah kepulauan tersebut sepanjang 100 km dengan lebar 400 meter. Artinya, gempa 8,9 SR yang sempat dieksposnya dua pekan lalu masih berdiam diri alias tidur.

astagfirullahaladzim

Sebuah rumah di Dusun Pasapuat, Desa Saumanganya’, Kecamatan Pagai Utara,Kabupaten Kepulauan Mentawaiberpindah tempat pasca diterjang gelombang tsunami, Senin (25/10)
Jejak tsunami yang menerjang Kecamatan Pagai Utara, Mentawai, dapat dilihat di pohon kelapa yang hampir seluruh batangnya terkena lumpur akibat tsunami
Batang-batang pohon yang terbawa tsunami berserakan di jalan dan halaman rumah warga.

Puing-puing terlihat di pulau Sipora 26 Oktober 2010 setelah gempa berkekuatan 7,5 melanda 78 km (48 mil) barat Pagai Selatan, salah satu pulau Mentawai, Senin malam.
Kondisi dusun Pasapuat, desa Saumangayak, Kecamatan Pagai Utara, setelah diterjang tsunami setinggi 1,5 meter akibat gempa berkekuatan 7,2 SR yang berpusat kepulauan Mentawai.
Muntei Mentawai rata disapu tsunami, foto tgl 27 Oktober 2010
Penduduk desa tengah membungkus mayat dalam plastik di desa Muntei, di mana ratusan rumah pernah berdiri, di kecamatan Cikakap Mentawai tanggal 26 Oktober 2010.
Wakil Presiden Boediono bersama pejabat pemerintah berdoa dekat mayat korban tsunami selama kunjungannya ke desa Muntei Mentawai 27 Oktober 2010
Wapres dlm kunjungan di Mentawai 27 oktober, 2010.
Desa Muntei, Mentawai 27 Oktober 2010.
Kelihatan Masyarakat pada kawasan perumahan penduduk yg disapu Tsunami.
Warga yg terluka duduk di tempat penampungan sementara di Muntei Cikakap Mentawai 26 Oktober 2010 –
Pagai – Mentawai dari udara pd 27 Oktober 2010.
Muntei Mentawai, disini banyak rumah disapu rata tsunami, foto tgl 27 Oktober 2010 –
desai Muntei di kecamatan Cikakap Mentawai, rata disapu tsunami

Mentawai, 27/10 – Pandangan udara menunjukkan sebuah desa yang hancur dua hari setelah tsunami menghantam Pulau Pagai, Kepulauan Mentawai, Sumbar, Rabu (27/10). Badan Penangulangan Bencana Daerah Sumbar menyebutkan korban tewas 282 orang sedangkan jumlah warga dilaporkan hilang dan belum ditemukan 411 orang, korban luka berat tercatat 77 orang dan luka ringan 25 orang.

ayo lah kita peduli… 😥

ayo lah kita peduli… 😥


ayo lah kita peduli… 😥

Indonesia Sisa Benua Atlantis Yang Hilang?


misteri benua atlantis

sebagian ilmuan meyakini bahwa benua atlantis yang termasyur di masa lampau adalah wilayah yang sekarang kita kenal dengan sebutan Indonesia . bukti sistem terasering dibidang pertanian serta kekayaan alam yang melimpah menguatkan teori itu, hal itu terbukti dengan banyaknya gunung merapi dan gempa serta tsunami yang mengakibatkan hilangnya pulau Indonesia satu persatu dan sumber mata air yang melimpah, Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatau, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali, benarkah demikian?

atlantis-indonesia-map.jpg

Plato (427 – 347 SM) menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.

Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato‘s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.

Konteks Indonesia

Ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk penelitian santos-atlantis.jpgSantos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.

Prof.Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene) . Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan juga gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang sangat dahsyat membentuk sebuah Danau Toba dengan pulau Samosirnya, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang cukup dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Plato menetapkan bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh.

Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking.

Prof.Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantaibenua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.

Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, ”Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”

Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali. Termasuk juga kekayaan sumber alamnya yang melimpah dan sangat beragam.

Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.

Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat  mengatasinya.

Menarik.  Benua Atlantis akhirnya ditemukan.   Dan Indonesia adalah Benua Atlantis yang hilang itu?.

Atlantis, kita banyak mendengar tentang kota ini, yang konon memiliki peradaban yang sangat tinggi, tapi kemudian hilang karena ditelan bencana besar.

Legenda yang berkisah tentang “Atlantis”, pertama kali ditemui dalam karangan filsafat Yunani kuno: Dua buah catatan dialog Plato (427-347 SM) yakni: buku Critias dan Timaeus.

Beberapa hipotesis merupakan hipotesis arkeologi atau ilmiah, sementara lainnya berdasarkan fisika atau lainnya. Banyak tempat usulan yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kisah Atlantis (air, bencana besar, periode waktu yang relevan), tetapi tidak ada yang berhasil dibuktikan sebagai kisah sejarah Atlantis yang sesungguhnya.

Kebanyakan lokasi yang diusulkan berada atau di sekitar Laut Tengah atau disekitar Laut Hitam. Beberapa hipotesis yang lain menyatakan Atlantis berada pada pulau yang telah tenggelam di Eropa Utara,atau di Laut Utara. Beberapa telah mengusulkan Al-Andalus atau Irlandia sebagai lokasi. Kepulauan Canary juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, sebelah barat selat Gibraltar tetapi dekat dengan Laut Tengah. Berbagai kepulauan di Atlantik juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, terutama Kepulauan Azores. Pulau Spartel yang telah tenggelam di selat Gibraltar juga telah diusulkan.

Hingga pada akhir th 2005, Prof. Arysio Santos yang menerbitkan buku yang menggemparkan : “Atlantis the Lost Continents Finally Found”.

Resensinya di sini

Didalam buku tersebut, secara tegas dinyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia. Beliau menunjukkan perbandingan yang menunjukkan Indonesia adalah lokasi Atlantis yang hilang dibandingkan lokasi-lokasi perkiraan sebelumnya.

Dalam buku ini beliau membandingkan berdasarkan : Sistem irigasi, Keberadaan mammoth/gajah, Ukuran benua, Iklim Tropis, Keberadaan Kelapa dan Nanas, Konstruksi Megalitikum, Kekayaan tambang dan lain-lain (http://atlan.org/articles/checklist)

Ilmu yang digunakan  Santos dalam menelusur lokasi Atlantis ini adalah ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative Mythology.

Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.

Warga Atlantis yang semula merupakan orang-orang terhormat dan kaya, kemudian berubah menjadi ambisius.  Para dewa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan seluruh benua itu. Kisah-kisah sejenis atau mirip kisah Atlantis ini yang berakhir dengan bencana banjir dan gempa bumi, ternyata juga ditemui dalam kisah-kisah sakral tradisional di berbagai bagian dunia, yang diceritakan dalam bahasa setempat.

Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun SM, secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat. Bencana ini menyebabkan punahnya 70% dari species mamalia yang hidup saat itu, termasuk kemungkinan juga dua species manusia : Neandertal dan Cro-Magnon.

Sebelum terjadinya bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia .

atlantis1

Sulawesi, Maluku dan Irian masih menyatu dengan benua  Australia dan terpisah dengan Sumatera dan lain-lain itu. Kedua kelompok pulau ini dipisahkan oleh sebuah selat yang mengikuti garis ‘Wallace’.

Posisi Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’. Hingga terjadinya letusan gunung berapi secara berurutan, yang menyebabkan melelehnya lapisan es dan menimbulkan gempa dan tsunami yang menenggelamkan dataran rendah.

Benarkah hypothesis itu?

Dengan kecanggihan teknologi saat ini, yang memungkinkan pencarian di kedalaman laut, kebenaran seluruh hypothesis yang pernah ada tentang Atlantis mungkin akan segera terungkap.. Bagaimana menurut anda? Benarkah bangsa Indonesia adalah keturunan bangsa Atlantis yang terselamatkan?

Di bawah ini saya kutipkan 24 syarat Atlantis (di mana saja di seluruh dunia) hasil kesepakatan para peneliti Atlantis dari 15 negara yang berkumpul di Pulau Milos, Yunani, dari 11 hingga 13 Juli 2005. Mereka bertukar pikiran mengenai keberadaan Benua Atlantis.

Selama konferensi dengan judul “Hipotesis Atlantis – Mencari Benua yang Hilang”, para spesialis dalam bidang arkeologi, geologi, volkanologi dan ilmu-ilmu lain memperesentasikan pandangannya tentang keberadaan Atlantis, waktu menghilangnya, penyebabnya, dan kebudayaannya.

Berdasarkan kepada tulisan Plato, peserta konferensi akhirnya setuju pada 24 kriteria yang secara geografis harus memenuhi persyaratan keberadaan lokasi Atlantis, yaitu:
1. Metropolis Atlantis harus terletak di suatu tempat yang tanahnya pernah ada atau sebagian masih ada.
2. Metropolis Atlantis harus mempunyai morfologi yang jelas berupa selang-seling daratan dan perairan yang berbentuk cincin memusat.
3. Atlantis harus berada di luar Pilar-pilar Hercules.
4. Metropolis Atlantis lebih besar dari Libya dan Anatolia, dan Timur Tengah dan Sinai (gabungan).
5. Atlantis harus pernah dihuni oleh masyarakat maju/beradab/cerdas (literate population) dengan ketrampilan dalam bidang metalurgi dan navigasi.
6. Metropolis Atlantis harus secara rutin dapat dicapai melalui laut dari Athena.
7. Pada waktu itu, Atlantis harus berada dalam situasi perang dengan Athena.
8. Metropolis Atlantis harus mengalami penderitaan dan kehancuran fisik parah yang tidak terperikan (unprecedented proportions).
9. Metropolis Atlantis harus tenggelam seluruhnya atau sebagian di bawah air.
10. Waktu kehancuran Metropolis Atlantis adalah 9000 tahun Mesir, sebelum abad ke-6 SM.
11. Bagian dari Atlantis berada sejauh 50 stadia (7,5 km) dari kota.
12. Atlantis padat penduduk yang cukup untuk mendukung suatu pasukan besar (10.000 kereta perang, 1.200 kapal, 1.200.000 pasukan)
13. Ciri agama penduduk Atlantis adalah mengurbankan banteng-banteng.
14. Kehancuran Atlantis dibarengi oleh adanya gempa bumi.
15. Setelah kehancuran Atlantis, jalur pelayaran tertutup.
16. Gajah-gajah hidup di Atlantis.
17. Tidak mungkin terjadi proses-proses selain proses-proses fisik atau geologis yang menyebabkan kehancuran Atlantis.
18. Banyak mata air panas dan dingin, dengan kandungan endapan mineral, terdapat di Atlantis.
19. Atlantis terletak di dataran pantai berukuran 2000 X 3000 stadia, dikelilingi oleh pegunungan yang langsung berbatasan dengan laut.
20. Atlantis menguasai negara-negara lain pada zamannya.
21. Angin di Atlantis berhembus dari arah utara (hanya terjadi di belahan bumi utara)
22. Batuan Atlantis terdiri dari bermacam warna: hitam, putih, dan merah.
23. Banyak saluran-saluran irigasi dibuat di Atlantis.
24. Setiap 5 dan 6 tahun sekali, penduduk Atlantis berkurban banteng.

Ma Yize Astronom Muslim dari China


cina muslim

Ketika Dinasti Song berkuasa pada abad ke-10 M, ternyata peradaban Islam telah turut berjasa dalam mengembangkan sains dan teknologi di Tiongkok. Selama ini, sejarah kerap menyebutkan ilmu pengetahuan dari dunia Islam berkembang di Cina pada masa kekuasaan Dinati Yuan ((1206-1279). Ternyata, sains Islam, terutama astronomi, telah memengaruhi peradaban Cina sejak zaman Dinasti Song.

Mesjid di China

Hal itu sangat beralasan. Apalagi, di masa itu, dunia Islam—di Timur Tengah—sedang mencapai masa keemasannya. Isa Ziling Ma dalam tulisannya bertajuk Islamic Astronomy in China: Spread and Development menuturkan, astronomi Islam menyebar ke Cina pada era Dinasti Song (960-1127). Sayangnya, papar Isa, bukti resmi yang mencatat peristiwa penyebaran sains Islam di Cina pada zaman itu nyaris tak ada.

https://i0.wp.com/biotis.co.id/felix/wp-content/uploads/2009/07/muslim-uighur1.jpg

anak-anak muslim china di luar mesjid

‘’Sejarah secara detail baru mencatat penyebaran astronomi Islam ke Cina pada era Dinasti Yuan,’‘ ungkap Isa. Penyebaran astronomi Islam di Tiongkok ternyata memang telah berlangsung pada era kekuasaan Dinasti Song. Fakta itu terkuak setelah seorang ilmuwan Taiwan bernama Pof Luo Xianglin pada 1968 menemukan sebuah buku berjudul The Huai Ning Ma Family Tree di Perpustakaan Studi Asia Timur, Columbia University, AS.

Gerbang di salah satu masjid di Ninxia CinaGerbang di salah satu masjid di Ninxia Cina

Prof Luo menemukan fakta bahwa astronomi Islam memang telah berkembang di Cina pada masa Dinasti Song. Penyebar astronomi Islam di Cina, menurut Prof Luo, adalah Ma Yize. Buku The Huai Ning Ma Famili Tree itu menjelaskan silsilah klan Ma Yize. Menurut buku itu, Ma Yize adalah astronom terkemuka di Cina. Ia terlahir di Rumi pada Rabiul Awal 308 H.

https://i0.wp.com/biotis.co.id/felix/wp-content/uploads/2009/07/hui.png

pemuda china yang hendak sholat

Ia datang ke Cina pada usia 40 tahun. Pada zaman itu, penguasa Dinasti Song sangat tertarik pada sains. Kaisar Taizu (berkuasa 950- 976) begitu mengagumi studi astronomi yang telah berkembang sangat pesat di dunia Islam. Sang Kaisar pun berupaya keras untuk mengembangkan ilmu yang menguak rahasia langit itu.

https://i0.wp.com/biotis.co.id/felix/wp-content/uploads/2009/07/d8bb63e0638ed09eff14663b09771700.jpg

pasangan pengantin muslim china

Pada 961 M, Kaisar Taizu kemudian menunjuk seorang ilmuwan bernama Ma Yize untuk mengembangkan astronomi di Cina. Ma Yize adalah astronom dan astrolog Muslim yang sangat termasyhur di zaman itu. Berdasarkan versi lain, Ma Yize merupakan ilmuwan berdarah Arab. Konon, nenek moyangnya berasal dari Semenajung Arab, yakni wilayah perbatasan antara Yaman dan Oman.

https://i0.wp.com/biotis.co.id/felix/wp-content/uploads/2009/07/culturalchina368e9d1f66fde7962b45.jpg

Imam Mesjid di China gak kalah kerennya dengan artis Hongkong

Karier pertamanya di bidang astronomi dimulai dengan membantu Wang Chuna mengumpulkan beberapa karya astrologi, termasuk Yingtianli—sebuah kalender. Ia mengembangkan astronomi dan mengamati alam semesta dengan metode Islam. Berbagai temuan Ma Yize dalam astronomi dan astrologi kemudian dikumpulkan Wang Chuna dalam Yingtianli.

https://i0.wp.com/biotis.co.id/felix/wp-content/uploads/2009/07/uf-g-009.jpg

salah satu kaligrafi arab yang dibuat seniman china

Pembuatan karya besar yang dilakukan dua astronom kenamaan Dinasti Song itu tuntas pada 963 M. Pengaruh astronomi Islam begitu banyak diserap dalam Yingtianli. Penghitungan seminggu tujuh hari yang dipakai kalender Cina itu menggunakan sistem kalender Islam.

Kehebatan Ma Yize dalam bidang astronomi membuat Kaisar Taizu mendapuknya sebagai pejabat kepala observatorium astronomi Dinasti Song. Popularitas Ma Yize di masa kekuasaan Dinasti Song pun kian moncer. Tak ada astronom di Cina yang mampu menandingi ketenarannya saat itu. Berkat prestasinya yang gemilang dalam memimpin observatorium astronomi, Ma Yize pun kemudian dianugerahi gelar bangsawan.

Mesjid Huaisheng

Salah satu jasa Ma Yize bagi astronomi di negeri Tiongkok adalah memperkenalkan matematika astronomi Islam. Sang astronom Muslim pun menyebarkan pemikiran astronom Muslim dari peradaban Islam di Timur Tengah. Sederet kitab astronomi Islam diterjemahkannya ke dalam bahasa Cina. Kitab-kitab yang memengaruhi dunia astronomi Cina itu, antara lain Kitab al-Zij karya Abu Abdullah Al-Battani, Kitab al-Zij al-Sabi, Kitab Matali’ al-Buruj; serta Kitab Aqdar al- Ittisalat.

cn.jpg

0548muslim01.jpg

jamaah haji china

https://putrahermanto.wordpress.com/wp-content/uploads/2010/10/5bug5mrw.jpeg?w=300

pemuda china yang selesai sholat

Kitab astronomi yang dialihbahasakan Ma Yize itu merupakan hasil karya astronom Muslim, seperti Muhammad Al-Fazari, Al-Battani, Al- Biruni, As-Shufi (Azhopi), Al- Khawarizmi, Al-Farghani, dan lain-lain. “Kemungkinan Ma telah dipengaruhi oleh Al-Battani dan Al-Hamdani,” kata Prof Fung Kam Wing, seorang guru besar pada University of Hong Kong. Faktanya, Ma Yize memang banyak menerjemahkan karya astronomi kedua ilmuwan Muslim tersebut

Jasanya bagi pengembangan astronomi modern di Cina sungguh tak ternilai. Boleh dibilang, Ma Yize adalah salah seorang pelopor sekaligus peletak pondasi ilmu astronomi modern di Cina. Berkat kontribusinya yang tak ternilai dalam mengembangkan astronomi dan astrologi, para penguasa Cina pun menempatkan keturunan Ma Yize sebagai kaum bangsawan.

https://putrahermanto.wordpress.com/wp-content/uploads/2010/10/kebds53n.jpg?w=200

wanita muslimah china

Setelah wafat pada 1005 M, jejak Ma Yize dalam mengembangkan astronomi di Cina dilanjutkan anak dan cucunya. Menurut catatan Huai Ning Ma Family Tree, Ma Yize memiliki tiga anak. Yang tertua bernama Ma Er atau Mail yang berasal dari singkatan Ismail. Setelah usia Ma Yize semakin sepuh, Ma Er kemudian menggantikan posisi ayahnya sebagai ketua pengelola observatorium.

https://putrahermanto.wordpress.com/wp-content/uploads/2010/10/jfursxvp.jpg?w=300

anak-anak china yang belajar mengaji

Menurut Isa, putra keduanya bernama Ma Huai dan yang bungsu bernama Ma Yi. Mereka juga turut mengembangkan ilmu astronomi di Cina. Selain menjadi penguasa dan pejabat di observarotium, mereka juga diposisikan sebagai kaum bangsawan. Inilah salah satu bukti bahwa umat Islam telah turut berjasa besar dalam membangun peradaban Cina.

https://putrahermanto.wordpress.com/wp-content/uploads/2010/10/fee5iovt.jpg?w=300

Di era kekuasaan Dinasti Song, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Para penguasa dinasti itu meniru para khalifah di dunia Islam yang mendukung berkembangnya pengetahuan dan teknologi. Selain memiliki astronom terkemuka Ma Yize, Dinasti Song pun punya seorang insinyur yang sangat kondang bernama Su Song.

https://putrahermanto.wordpress.com/wp-content/uploads/2010/10/dpyfhczu.jpg?w=300

Pada masa kekuasaan Dinasti Song, peradaban Cina telah mengembangkan senjata dan bubuk mesiu. Selain itu, di masa kejayaan Dinasti Song, peradaban Islam pun turun mengembangkan ilmu pengetahuan lainnya, seperti teknik sipil, nautika, dan metalurgi. Pengaruh peradaban Islam dalam sains di Cina lebih pesat berkembang pada era kekuasaan Dinasti Yuan.

Peran dan jasa Ma Yize bagi pengembangan astronomi di Cina memang kurang terdengar gaungnya. Meski begitu, peradaban Cina telah berutang pada Ma Yize atas perannya mengembangkan astronomi modern di negeri itu. desy susilawati/hri

Kontribusi Islam di Era Dinasti Song

Peradaban Islam di era Dinasti Song tak hanya berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama astronomi. Pada zaman itu, umat Muslim di Cina juga telah menguasai bidang ekonomi dan perdagangan. Kehadiran Muslim di negeri Tiongkok pada abad ke-10 M telah memperkuat dan memberi pengaruh yang besar bagi perekonomian Dinasti Song.

https://putrahermanto.wordpress.com/wp-content/uploads/2010/10/kx0dyypf.jpg?w=300

Selama Dinasti Song berkuasa (960- 1279), Muslim di Cina mendominasi perdagangan luar negeri. Aktivitas impor dan ekspor ke Selatan dan Barat sepenuhnya dikuasai oleh para saudagar Muslim. Di zaman itu, pelabuhan dan pusat perdagangan tertua di Cina, Guangzhou, dikuasai para pebisnis Muslim. Fenomena itu, hingga abad ke 21 M, masih terjadi.

https://putrahermanto.wordpress.com/wp-content/uploads/2010/10/eumaonnl.jpg?w=225

Dinasti Song pun mulai melakukan transfer pengetahuan dan teknologi dari dunia Islam. Di bidang kedokteran, peradaban Cina di era dinasti ini banyak mengambil ilmu-ilmu medis yang dikembangkan Ibnu Sina lewat kitabnya yang terkenal Canon of Medicine. Pemikiran dan temuan Ibnu Sina itu dituangkan dalam buku kedokteran resmi Dinasti Song.

Peradaban Islam dan Cina mulai terajut dengan mesra. Seorang pendongeng asal Arab pun menceritakan kisah fantastik tentang Cina, yang kemudian dijadikan satu kisah 1001 Malam. Jumlah umat Islam di Cina bertambah banyak setelah tahun 1070, Kaisar Dinasti Song, Shen-tsung (Shenzhong), mendatangkan 5.300 pria asal Bukhara untuk memperkuat pasukannya melawan Kaisar Liao.

Ribuan Muslim asal Bukhara itu lalu menetap di Yanjing—kini dikenal sebagai Beijing. Pada tahun 1080 M, sekitar 10 ribu laki-laki dan wanita Muslim berimigrasi ke Cina dengan menumpang kuda. Mereka lalu menetap di hampir semua provinsi yang ada di Tiongkok, mulai dari utara hingga timur laut.

Umat Muslim Bukhara makin mengua sai Cina di bawah kepemimpinan Pangeran Amir Sayyid atau “So-fei-er”. Tak heran, jika Amir Sayyid dianggap sebagai ayah dari komunitas Muslim di Cina. So Fei Er menamai Islam sebagai Huihui Jiao. Sebelumnya, penguasa Dinasti Tang dan Song menyebut Islam sebagai Dashi fa(aturan orang Arab).

Umat Islam sudah banyak berjasa mengembangkan peradaban Cina. Tak hanya dalam sains dan teknologi, juga dalam budaya dan olahraga. Sumbangan penting yang diberikan peradaban Islam sejak Dinasti Tang dan Song berkuasa membuktikan bahwa agama Allah SWT ini bisa diterima setiap etnis, budaya, ras, dan bangsa. Sayangnya, penguasa Cina saat ini kurang memerhatikan sumbangan Islam. Salah satu buktinya, otoritas Komunis Cina hingga kini terus menindas Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang.

Ilmuwan-Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern


Sebagai peradaban besar, Islam melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang memberikan kontribusi penting bagi kehidupan umat manusia di zamannya juga generasi selanjutnya. Nama-nama mereka tercatat dengan tinta emas. Namun sayangnya, mereka yang lahir dari peradaban Islam di kemudian hari diklaim oleh orang-orang Barat sebagai bagian dari peradaban Barat. Padahal pada saat itu, Barat masih dalam masa pertengahan yang dikenal sebagai masa kegelapan. Misalnya, Ibnu Sina mereka catut sebagai ilmuwan Eropa dan diberi nama Avicenna, padahal nyata-nyata Ibnu Sina dilahirkan di propinsi Bukhara, tempat kelahiran Imam hadits terkenal Imam Al-Bukhari.

Abu Rayhan al-Biruni adalah seorang ilmuwan besar, fisikawan, astronom, sosiolog, sastrawan, sejarawan dan matematikawan yang nilainya tidak pernah diketahui. Dia dipertimbangkan sebagai bapak dari unified field theory (teori segala sesuatu -pen) oleh peraih penghargaan Nobel Profesor Abdus Salam. Abu Rayhan al-Biruni hidup hampir seribu tahun yang lalu dan sezaman dengan Ibn Sina (Avicenna) dan Sultan Mahmoud Ghazni.

Pada saat menjelang akhir hayatnya, Biruni dikunjungi oleh tetangganya yang merupakan ahli fiqih. Abu Rayhan masih dalam keadaan sadar, dan tatkala melihat sang ahli fiqih, dia bertanya kepadanya tentang hukum waris dan beberapa hal yang berhubungan dengannya. Sang ahli fiqih terkesima melihat seseorang yang sekarat masih tertarik dengan persoalan-persoalan tersebut. Abu Rayhan berkata, “Aku ingin bertanya kepadamu: mana yang lebih baik, meninggal dengan ilmu atau meninggal tanpanya?” Sang ahli fiqih menjawab, “Tentu saja lebih baik mengetahui dan kemudian meninggal.” Abu Rayhan berkata, “Untuk itulah aku menanyakan pertanyaanku yang pertama.” Beberapa saat setelah sang ahli fiqih tiba dirumahnya, tangisan duka mengatakan kepadanya bahwa Abu Rayhan telah meninggal dunia. (Murtaza Mutahhari: Khutbah Keagamaan)

——————————————————————————————————————————————————————-

Sebuah Ilustrasi pergerakan fase bulan dari buku karya Abu Rayhan al-Biruni

——————————————————————————————————————————————————————-

Lalu setelah itu, hampir seribu tahun yang lalu, ketika umat muslim adalah pembawa obor pengetahuan pada zaman kegelapan. Mereka menciptakan peradaban Islam, didorong oleh penelitian dan penemuan ilmiah, yang membuat bagian dunia lainnya iri selama berabad-abad.

Dalam kata-kata Carli Fiorina, seorang CEO Hewlett Packard yang visioner dan berbakat tinggi, “Adalah para arsitek yang mendesign bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi. Adalah para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengannya komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Adalah para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk penyakit. Adalah para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa. Adalah para sastrawan yang menciptakan ribuan kisah; kisah-kisah perjuangan, percintaan dan keajaiban. Ketika negeri lain takut akan gagasan-gagasan, peradaban ini berkembang pesat dengannya dan membuat mereka penuh energi. Ketika ilmu pengetahuan terancam dihapus akibat penyensoran oleh peradaban sebelumnya, peradaban ini menjaga ilmu pengetahuan tetap hidup, dan menyebarkannya kepada peradaban lain. Tatkala peradaban barat modern sedang berbagi pengetahuan ini, peradaban yang sedang saya bicarakan ini adalah dunia Islam bermula pada tahun 800 hingga 1600, yang termasuk di dalamnya Dinasti Ottoman dan kota Baghdad, Damaskus dan Kairo, dan penguasa agung seperti Sulaiman yang Bijak. Walaupun kita sering kali tidak menyadari hutang budi kita kepada peradaban ini, sumbangsihnya merupakan bagian dasar dari kebudayaan kita. Teknologi industri tidak akan pernah hadir tanpa kontribusi para matematikawan arab.”

Sebenarnya, sangatlah sulit untuk mencari bidang ilmu pengetahuan yang tidak berhutang budi kepada para pionir ini. Di bawah ini adalah daftar singkat, tanpa bermaksud menyatakannya sebagai yang terlengkap, para ilmuwan muslim dari abad 8 hingga abad 14.

701 (Meninggal) * Khalid Ibn Yazeed * Ilmuwan kimia
721-803 * Jabir Ibn Haiyan * Ilmuwan kimia (Seorang ilmuwan kimia muslim populer)
740 * Al-Asma’i * Ahli ilmu hewan, ahli tumbuh-tumbuhan, ahli pertanian
780 * Al-Khwarizmi (Algorizm) * Matematika (Aljabar, Kalkulus), Astronomi

——————————————————————————————————————————————————————-

Kitab al-Hayawan. Sebuah kitab berisi ensklopedia berbagai jenis binatang karya ahli ilmu hewan muslim al-Jahiz. Pada kitab ini al-Jahiz memaparkan berbagai macam teori, salah satunya mengenai interaksi antara hewan dengan lingkungannya.

——————————————————————————————————————————————————————-
776-868 * Amr Ibn Bahr al-Jahiz * Ahli ilmu hewan
787 * Al Balkhi, Ja’far Ibn Muhammad (Albumasar) * Astronomi
796 (Meninggal) * Al-Fazari, Ibrahim Ibn Habib * Astronomi

——————————————————————————————————————————————————————-

Gambar Al-Kindi pada sebuah perangko terbitan negara Syria

——————————————————————————————————————————————————————-
800 * Ibn Ishaq Al-Kindi (Alkindus) * Kedokteran, Filsafat, Fisika, Optik
815 * Al-Dinawari, Abu Hanifa Ahmed Ibn Dawud * Matematika, Sastra
816 * Al Balkhi * Ilmu Bumi (Geography)
836 * Thabit Ibn Qurrah (Thebit) * Astronomi, Mekanik, Geometri, Anatomi
838-870 * Ali Ibn Rabban Al-Tabari * Kedokteran, Matematika
852 * Al Battani Abu Abdillah * Matematika, Astronomi, Insinyur
857 * Ibn Masawaih You’hanna * Kedokteran
858-929 * Abu Abdullah Al Battani (Albategnius) * Astronomi, Matematika
860 * Al-Farghani, Abu al-Abbas (Al-Fraganus) * Astronomy, Tehnik Sipil
864-930 * Al-Razi (Rhazes) * Kedokteran, Ilmu Kedokteran Mata, Ilmu Kimia
973 (Meninggal) * Al-Kindi * Fisika, Optik, Ilmu Logam, Ilmu Kelautan, Filsafat
888 (Meninggal) * Abbas Ibn Firnas * Mekanika, Ilmu Planet, Kristal Semu

——————————————————————————————————————————————————————-

Sebuah Observatorium yang dibangun oleh para ilmuwan muslim

——————————————————————————————————————————————————————-
900 (Meninggal) * Abu Hamed Al-Ustrulabi * Astronomi
903-986 * Al-Sufi (Azophi) * Astronomi
908 * Thabit Ibn Qurrah * Kedokteran, Insinyur
912 (Meninggal) * Al-Tamimi Muhammad Ibn Amyal (Attmimi) * Ilmu Kimia
923 (Meninggal) * Al-Nirizi, AlFadl Ibn Ahmed (Altibrizi) * Matematika, Astronomi
930 * Ibn Miskawayh, Ahmed Abu Ali * Kedokteran, Ilmu Kimia
932 * Ahmed Al-Tabari * Kedokteran
934 * Al-Istakhr II * Ilmu Bumi (Peta Bumi)
936-1013 * Abu Al-Qosim Al-Zahravi (Albucasis) * Ilmu Bedah, Kedokteran
940-997 * Abu Wafa Muhammad Al-Buzjani * Matematika, Astronomi, Geometri
943 * Ibn Hawqal * Ilmu Bumi (Peta Dunia)
950 * Al Majrett’ti Abu al-Qosim * Astronomi, Ilmu Kimia, Matematika
958 (Meninggal) * Abul Hasan Ali al-Mas’udi * Ilmu Bumi, Sejarah
960 (Meninggal) * Ibn Wahshiyh, Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan
965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, Matematika

——————————————————————————————————————————————————————-

Seorang astronom muslim sedang mengamati bintang di langit.

——————————————————————————————————————————————————————-

973-1048 * Abu Rayhan Al-Biruni * Astronomy, Matematika, Sejarah, Sastra
976 * Ibn Abil Ashath * Kedokteran

——————————————————————————————————————————————————————-

Ibnu Sina (980-1037) Seorang ilmuwan muslim. Di barat dikenal sebagai Avicenna. Beliau juga dikenal sebagai seorang Filosof, Matematikawan, Astronom, Ahli Kimia, Penyair, Psikolog, Hafiz (Penghapal Al-Quran), Negarawan dan seorang Ulama.

——————————————————————————————————————————————————————-
980-1037 * Ibn Sina (Avicenna) * Kedokteran, Filsafat, Matematika, Astronomi
983 * Ikhwan A-Safa (Assafa) * (Kelompok Ilmuwan Muslim)
1001 * Ibn Wardi * Ilmu Bumi (Peta Dunia)
1008 (Meninggal) * Ibn Yunus * Astronomy, Matematika.
1019 * Al-Hasib Alkarji * Matematika
1029-1087 * Al-Zarqali (Arzachel) * Matematika, Astronomi, Syair
1044 * Omar Al-Khayyam * Matematika, Astronomi, Penyair
1060 (Meninggal) * Ali Ibn Ridwan Abu Hassan Ali * Kedokteran
1077 * Ibn Abi Sadia Abul Qasim * Kedokteran
1090-1161 – Ibn Zuhr (Avenzoar) * Ilmu Bedah, Kedokteran
1095 – Ibn Bajah, Mohammed Ibn Yahya (Avenpace) * Astronomi, Kedokteran
1097 – Ibn Al-Baitar Diauddin (Bitar) * Ilmu Tumbuh-Tumbuhan, Kedokteran, Ilmu

——————————————————————————————————————————————————————-

Peta Dunia digambar oleh Al-Idrisi pada tahun 1154

——————————————————————————————————————————————————————-
1099 – Al-Idrisi (Dreses) * Ilmu Bumi (Geography), Ahli Ilmu Hewan, Peta Dunia (Peta Pertama)
1110-1185 – Ibn Tufayl, Abubacer Al-Qaysi * Filosofi, Kedokteran
1120 (Meninggal) – Al-Tuhra-ee, Al-Husain Ibn Ali *Ahli Kimia, Penyair
1128 – Ibn Rushd (Averroe’s) * Filosofi, Kedokteran, Astronomi
1135 – Ibn Maymun, Musa (Maimonides) * Kedokteran, Filosofi

——————————————————————————————————————————————————————-

Sketsa otomatisasi menggunakan air karya Al-Razaz Al-Jazari

——————————————————————————————————————————————————————-

1136 – 1206 – Al-Razaz Al-Jazari * Astronomi, Seni, Insinyur mekanik
1140 – Al-Badee Al-Ustralabi * Astronomi, Matematika
1155 (Meningal) – Abdel-al Rahman al Khazin *Astronomi
1162 – Al Baghdadi, Abdel-Lateef Muwaffaq * Kedokteran, Ahli Bumi (Geography)
1165 – Ibn A-Rumiyyah Abul’Abbas (Annabati) * Ahli Tumbuh-tumbuhan
1173 – Rasheed Al-Deen Al-Suri * Ahli Tumbuh-tumbuhan
1180 – Al-Samawal * Matematika
1184 – Al-Tifashi, Shihabud-Deen (Attifashi) *Ahli Logam, Ahli Batu-batuan
1201-1274 – Nasir Al-Din Al-Tusi * Astronomi, Non-Euclidean Geometri

——————————————————————————————————————————————————————-

Sebuah sketsa anatomi tubuh manusia yang digambar oleh ilmuwan muslim.

——————————————————————————————————————————————————————-
1203 – Ibn Abi-Usaibi’ah, Muwaffaq Al-Din * Kedokteran
1204 (Meninggal) – Al-Bitruji (Alpetragius) * Astronomi
1213-1288 – Ibn Al-Nafis Damishqui * Astronomi
1236 – Kutb Aldeen Al-Shirazi * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)
1248 (Meninggal) * Ibn Al-Baitar * Farmasi, Ahli Tumbuh-tumbuhan (Botany)
1258 – Ibn Al-Banna (Al Murrakishi), Azdi * Kedokteran, Matematika
1262 – Abu al-Fath Abd al-Rahman al-Khazini * Fisika, Astronomi
1273-1331 – Al-Fida (Abdulfeda) * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)
1360 – Ibn Al-Shater Al Dimashqi * Astronomi, Matematika
1320 (Meninggal) – Al Farisi Kamalud-deen Abul-Hassan *Astronomy, Fisika
1341 (Meninggal) – Al Jildaki, Muhammad Ibn Aidamer * Ilmu Kimia
1351 – Ibn Al-Majdi, Abu Abbas Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi
1359 – Ibn Al-Magdi, Shihab Udden Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi

——————————————————————————————————————————————————————-

Sebuah sketsa astronom muslim Ibn al-Shatir (1304-1375) tentang pergerakan planet Merkurius.

——————————————————————————————————————————————————————-
1375 (Meninggal) – Ibn al-Shatir * Astronomi
1393-1449 – Ulugh Beg * Astronomi
1424 – Ghiyath al-Din al Kashani * Analisis Numerikal, Perhitungan

Dengan deretan sarjana muslim seperti itu, tidaklah sulit untuk menyetujui apa yang dikatakan George Sarton, ” Tugas utama kemanusian telah dicapai oleh para muslim. Filosof terbaik, Al-Farabi adalah seorang muslim. Matematikawan terbaik Abul Kamil dan Ibn SinaAl-Masudi adalah seorang muslim dan Al-Tabari ahli sejarah terbaik juga seorang muslim. adalah muslim. Ahli geography (Ilmu Bumi) dan ensklopedia terbaik

Sejarah sebelum Islam dipenuhi dengan perkiraan-perkiraan, desas-desus dan mitos-mitos. Adalah seorang ahli sejarah muslim yang pertama kali memperkenalkan metode sanad dan matan yang melacak keaslian dan keutuhan sebuah informasi langsung dari saksi mata. Menurut seorang ahli sejarah Bucla “Metode ini belumlah dipraktekkan oleh Eropa sebelum tahun 1597.” Metode lainnya: adalah penelitian sejarah bersumber dari ahli sejarah terkemuka Ibn Khaldun. Pengarang dari Kashfuz Zunun memberikan daftar 1300 buku-buku sejarah yang ditulis dalam bahasa Arab pada masa beberapa abad sejak munculnya Islam.

Sekarang lihatlah dunia kaum muslim. Kapankah anda terakhir kali mendengar seorang muslim memenangkan hadiah Nobel dalam bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran? Bagaimana dengan publikasi ilmiah? Sayangnya, anda tidak akan menemukan banyak nama kaum Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan makalah-makalah ilmiah. Apa yang kurang? Alasan apa yang kita miliki?

Sebuah publikasi yang baru saja diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menanggapi pembangunan di wilayah Arab mengemukakan bahwa dunia Arab yang terdiri dari 22 negara menerjemahkan 330 buku per tahun. Angka itu sangat menyedihkan, hanya seperlima dari jumlah buku-buku yang diterjemahkan oleh sebuah negara kecil Yunani dalam setahunnya! (Spanyol menerjemahkan rata-rata 100,000 buku setiap tahunnya). Mengapa ada alergi atau keengganan untuk menerjemahkan ilmu yang asal-muasalnya berasal dari nenek moyang kita sendiri untuk mendapatkan kembali warisan terdahulu dengan menganalisa, mengumpulkan, menyempurnakan dan menyalurkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi umat manusia?

Mengapa tingkat pendidikan pada kaum Muslim rendah sementara ayat pertama pada Al-Quran adalah ‘Iqra (berarti: Bacalah)? Apakah mereka lupa akan hadis Nabi mereka: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”?

Bagaimana dengan hadis Nabi yang berbunyi:

“Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya berarti telah mengambil bagian yang banyak.” [HR Abu Dawud dan Tirmidzi]

Begitu giatnya kaum Muslim pada saat ini mencari kekayaan hingga mereka sendiri tidak tahu bagaimana untuk membelanjakannya. Sikap seperti itu begitu beresiko dan memalukan.

Keutamaan Ilmu dibandingkan harta

Diriwayatkan suatu hari sepuluh orang terpelajar mendatangi Imam Ali ra. Mereka ingin mengetahui mengapa ilmu lebih baik daripada harta dan mereka meminta agar masing-masing dari mereka diberikan jawaban yang berbeda. Imam Ali ra menjawab sebagaimana berikut:

[1] Ilmu adalah warisan Nabi, sebaliknya harta adalah warisan Firaun. Sebagaimana Nabi lebih unggul daripada Firaun, maka ilmu lebih baik daripada harta.

[2] Engkau harus menjaga hartamu, tetapi Ilmu akan menjagamu. Maka dari itu, Ilmu lebih baik daripada harta.

[3] Ketika Ilmu dibagikan ia semakin bertambah. Ketika harta dibagikan ia berkurang. Seperti itulah bahwa ilmu lebih baik daripada harta.

[4] Manusia yang mempunyai banyak harta memiliki banyak musuh, sedangkan manusia berilmu memiliki banyak teman. Untuk itu, ilmu lebih baik daripada harta.

[5] Ilmu menjadikan seseorang bermurah hati karena pandangannya yang luas, sedangkan manusia kaya dikarenakan kecintaannya kepada harta menjadikannya sengsara. Seperti itulah bahwa ilmu lebih baik daripada harta.

[6] Ilmu tidak dapat dicuri, tetapi harta terus-menerus terekspos oleh bahaya akan pencurian. Maka, ilmu lebih baik daripada harta.

[7] Seiring berjalannya waktu, kedalaman dan keluasan ilmu bertambah. Sebaliknya, timbunan dirham menjadi berkarat. Untuk itu, ilmu lebih baik daripada harta.

[8] Engkau dapat menyimpan catatan kekayaanmu karena ia terbatas, tetapi engkau tidak dapat menyimpan catatan ilmumu karena ia tidak terbatas. Untuk itulah mengapa ilmu lebih baik daripada harta.

[9] Ilmu mencerahkan pikiran, sementara harta cenderung menjadikannya gelap. Maka dari itu, ilmu lebih baik daripada harta.

[10] Ilmu lebih baik daripada harta, karena ilmu menyebabkan Nabi berkata kepada Tuhan “Kami menyembah-Nya sebagaimana kami adalah hamba-hamba-Nya”, sementara harta membahayakan, menyebabkan Firaun dan Nimrud bersikap congkak dengan menyatakan diri mereka sebagai Tuhan.

Betapa arifnya! Tapi saat ini masyarakat kita tidak bergairah untuk mencari ilmu. Mengapa? Apakah mereka mengetahui apa yang dikatakan Imam Ibn Hazm (RA) – seorang ulama besar dari Andalusia Spanyol, ahli fiqh dan penyair – yang mengatakan? “Jika ilmu pengetahuan membuat orang bodoh hormat dan segan kepadamu, dan kaum terpelajar menghargai dan mencintaimu, alasan itu sudah cukup untuk menyemangatimu untuk mencari ilmu….Jika kebodohan hanya bisa membuat orang bodoh iri atas orang berilmu dan senang melihat orang yang bodoh seperti mereka, alasan ini cukup untuk mengharuskan kita mencarinya (ilmu)…Jika ilmu pengetahuan dan sikap ketaatan diri dalam meraihnya tidak memiliki tujuan apapun selain membebaskan manusia dari lelahnya kegelisahan dan kecemasan yang membuat pikiran menderita, alasan-alasan itu sangatlah cukup untuk membawa kita untuk mencari ilmu.” Saya hanya berharap perkataannya akan membangunkan masyarakat kita untuk mencari dan menguasai ilmu pengetahuan.

Solusi untuk keadaan sulit yang kita hadapi saat ini:

Ketika banyak solusi yang bisa saya tunjukkan untuk membawa kita dari kesulitan ini, saya memutuskan untuk membahas tiga hal utama di bawah, yang dua diantaranya berhubungan dengan tanggungjawab sosial dan masyarakat.

1. Mencari Ilmu Pengetahuan:

Alasan utama dibalik kegemilangan kaum Muslim awal terletak pada pencarian mereka akan ilmu pengetahuan walaupun ilmu itu harus diperoleh ditempat yang sulit dan tersembunyi. Sebagai anak-anak Islam sejati, mereka mengerti akan hadis Nabi:

“Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah (fisabilillah) hingga ia kembali (ke rumahnya)” (HR.Tirmidzi)

Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim)

Kaum Muslim seharusnya merenungkan apa yang dikatakan Mu’adh ibn Jabal (RA): “Meraih ilmu pengetahuan demi ridho Allah, karena pengetahuan melahirkan kesalehan, mengagungkan Ilahi dan takut akan dosa. Mencari ilmu demi ridho Allah adalah ibadah, belajar adalah sikap mengingat kebesaran Allah (Zikir), mencarinya adalah perjuangan yang ganjarannya adalah pahala (Jihad), mengajarkannya kepada seseorang yang menganggapnya berharga adalah sedekah, dan mengamalkannya pada rumah seseorang memperkuat tali silahturahmi diantara keluarga. Ilmu adalah sahabat penyejuk ketika dalam kesendirian. Ilmu adalah sahabat terbaik bagi para pengelana. Ilmu adalah sahabat terdekatmu yang menyampaikan rahasianya kepadamu. Ilmu adalah pedangmu yang paling ampuh untuk lawanmu, dan terakhir, ilmu adalah pakaian yang akan menaikkan derajatmu dalam jamaah persaudaraanmu.” [Hilyat’ul Awliya Wa Tabaqat’ul Asfiya]

Dengan hal yang sama, Sharafuddin Maneri (RA) berkata, “Ilmu pengetahuan adalah puncak segala kebahagiaan, sebagaimana kebodohan adalah titik awal dari segala keburukan. Keselamatan datang dari ilmu, kehancuran datang dari kebodohan.” [Maktubat-i Sadi]

2. Kualitas kepemimpinan dan dukungan pemerintah.

Pada zaman awal keislaman, penguasa kaum Muslim tidak hanya menjadi pendukung edukasi, mereka sendiri merupakan para sarjana yang hebat. Mereka juga dikelilingi oleh kaum terpelajar seperti para ahli filosofi, ahli fiqh, ahli hadis, ulama, analis, penyair, matematikawan, ilmuwan, insinyur, arsitek dan dokter. Para kaum terpelajar memiliki nilai yang tinggi di pemerintahan. Mereka membangun perpustakan, universitas, pusat penelitian, dan observatorium. Mereka mengundang kaum terpelajar dari seluruh bangsa dan agama untuk datang ke wilayah mereka. Sehingga kota yang mereka bangun menjadi metropolitan ilmu pengetahuan di segala bidang. Sebagaimana universitas saat ini seperti MIT, Standford, Yale dan Princeton, universitas-universitas kaum Muslim dahulu adalah universitas terunggul.

Dan apa yang kita miliki saat ini? Kebanyakan pemimpin di negeri kaum Muslim adalah setengah terpelajar, yang dikelilingi (dengan tingkat pengecualian yang rendah) oleh kroni-kroni mereka yang kualifikasi terpenting bagi mereka bukanlah kompetensi atau pendidikan tetapi hubungan dengan penguasa atau keluarganya.

Penguasa-penguasa kita (dengan tingkat pengecualian yang rendah) korup dan mementingkan diri sendiri. Tidak heran, mereka dikelilingi oleh orang-orang korup yang diberikan posisi untuk menggemukkan simpanan kerabat-kerabat mereka. Lebih lanjut, ketika jumlah istana dan rumah-rumah megah terus meningkat, tidak satupun universitas yang dibangun oleh penguasa-penguasa ini. Hanya beberapa persen dari budget negara yang dibelanjakan untuk pendidikan dan penelitian. Jadi, adalah wajar ketika menyaksikan begitu suramnya catatan penemuan ilmiah dari negara-negara Muslim. Tidak ada satupun universitas dari negeri kaum Muslim yang berada pada peringkat 100 universitas terbaik di dunia. Mereka yang memiliki pemikiran cemerlang pelan-pelan terkuras jumlahnya dari negeri mereka karena memilih untuk menetap (dengan tingkat pengecualian yang rendah) di negara-negara barat yang lebih menjanjikan, dimana mereka bisa mengaplikasikan kepintaran dan keahlian mereka.

Komunitas masyarakat kita begitu terikat dalam sebuah sistem hubungan kerabat dimana proyek-proyek pemerintahan hampir semuanya disokong oleh pertimbangan hubungan bisnis dan personal daripada apa yang baik bagi masyarakat kita. Sehingga muncullah kaum-kaum jutawan setengah terpelajar yang sama sekali tidak menghargai pendidikan atau pelayanan.

Mengapa sikap seperti ini, ketika Islam mengajarkan bahwa setiap orang yang mencari kebajikan selayaknya bersama mereka yang bajik dan bersahabat dengan mereka yang berbudi pekerti luhur – mereka yang terpelajar, simpatik, dermawan, jujur, ramah, sabar, terpercaya, murah hati, tahu diri dan sahabat sejati?

Jadi jika negara-negara Muslim ingin mengambil kembali khazanah pengetahuan mereka yang hilang, mereka harus meneliti kembali jejak mereka terdahulu yang membuat mereka sukses dan menyingkirkan cara-cara yang dipakai pada saat ini yang mengantarkan kepada kegelapan dan kehancuran.

Izinkan kembali saya memaparkan perkataan Carli Fiorina, yang mengatakan, “Pemimpin-pemimpin seperti Sulaiman berkontribusi terhadap gagasan-gagasan toleransi dan kepemimpinan sipil kita. Dan mungkin kita bisa belajar dari contoh yang ia terapkan: Sebuah kepemimpinan berdasarkan keahlian dan kemampuan, bukan berdasarkan keturunan. Sebuah kepemimpinan yang memanfaatkan kemampuan penuh dari keberagaman populasi masyarakatnya yang termasuk di dalamnya kaum Kristiani, kaum Muslim, dan kaum Yahudi. Kepemimpinan gemilang seperti inilah yang menumbuhkan kebudayaan, stabilitas, keberagaman dan teguhnya harapan yang membawa mereka menuju 800 tahun era penemuan dan kemakmuran.”

Apakah pemimpin-pemimpin kita akan memperhatikan dan mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatan mereka?

3. Melangkah melampaui apa yang diharapkan:

Sebagaimana saya kemukakan diatas, kaum Muslim sangat jauh tertinggal pada setiap bidang pengetahuan. Adalah tidak mungkin menutupi jurang yang semakin lebar ini hanya dengan mengikuti arus atau hanya melakukan apa-apa seadanya. Strategi kita seharusnya adalah berusaha melangkah melampaui kemampuan rata-rata kita, melakukan hal-hal yang lebih besar. Untuk menjelaskan poin ini, izinkan saya menutupnya dengan sebuah kisah pada zaman Rasulullah SAW.

Diriwayatkan dari Thalhah bin ‘Ubaidillah r.a.: Seorang lelaki dengan rambut tergerai dari Najd menemui Rasulullah Saw. dan kami mendengar suaranya yang keras meskipun tidak bisa menangkap apa maksudnya, kemudian lelaki itu mendekat (hingga akhirnya kami tahu bahwa ia datang untuk) bertanya tentang Islam. Rasulullah Saw. bersabda, “Kau harus mengerjakan shalat lima kali dalam sehari semalam.” Laki-laki itu bertanya, “Adakah shalat lain yang harus kukerjakan?” Rasulullah Saw. menjawab, “Tidak ada. Tetapi jika mau, kau dapat mengerjakan shalat nawafil.” Lebih jauh Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, “Kau harus mengerjakan puasa selama bulan Ramadhan.” Orang itu bertanya, “Adakah puasa lainnya yang harus kukerjakan?” Rasulullah Saw. menjawab, “Tidak ada. Tetapi jika mau, kau dapat mengerjakan puasa sunnah.” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, “Kau harus membayar zakat.” Orang itu bertanya, “Apakah masih ada yang lainnya yang harus kubayar selain zakat?” Rasulullah Saw. menjawab, “Tidak ada. Kecuali jika kau ingin mendermakan sebagian milikmu.” Kemudian laki-laki itu pamit seraya berkata, “Demi Allah! Aku tidak akan mengerjakan yang lain selain ini. Rasulullah Saw. bersabda, “Jika yang dia katakan benar, dia akan masuk surga.”

Di dalam hadis ini tersimpan formula untuk meremajakan semangat negara-negara kaum Muslim. Semoga kita dibimbing untuk mendapatkan kembali khazanah kita yang hilang!

***

Referensi:

Hamed Abdel-Reheem Ead, Professor of Chemistry at Faculty of Science
Universitas of Cairo Giza-Mesir dan Director of Science Heritage Center, http://www.frcu.eun.eg
Lihat juga buku: 100 Muslim Scientists by Abdur Rahman Sharif, Al-Khoui Pub., N.Y; Muslim Contribution to Science by Muhammad R. Mirza and Muhammad Iqbal Siddiqi, Chicago: Kazi Publications, 1986.

Buya Hamka (1908-1981) Ketua Umum MUI pertama


Buya Hamka seorang ulama, politisi dan sastrawan besar yang tersohor dan dihormati di kawasan Asia. HAMKA adalah akronim namanya Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Lahir di kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta 24 Juli 1981.

Dia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayah kami, atau seseorang yang dihormati. Ayahnya, Syeikh Abdul Karim bin Amrullah, disapa Haji Rasul, seorang pelopor Gerakan Islah(tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah 1906.

HAMKA mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga Darjah Dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ HAMKA mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. HAMKA juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjoparonto dan Ki Bagus Hadikusumo.

Rumah Kelahiran Buya Hamka

Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padangpanjang pada tahun 1929. HAMKA kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padangpanjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).

Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjoparonoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.

Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui pertubuhan Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.

Surau Buya Hamka

Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.

Kegiatan politik HAMKA bermula pada tahun 1925 apabila beliau menjadi anggota parti politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang kemaraan kembali penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerila di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, HAMKA dilantik sebagai ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga tahun1966, HAMKA telah dipenjarakan oleh Presiden Sukarno kerana dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakanlah maka beliau mula menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, HAMKA dilantik sebagai ahli Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majlis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.

Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, HAMKA merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an lagi, HAMKA menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. HAMKA juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.

Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Kaabah dan Merantau ke Deli.

Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antarabangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelaran Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno daripada pemerintah Indonesia.

Hamka telah pulang ke rahmatullah pada 24 Juli 1981, namun jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sasterawan di negara kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam Nusantara, termasuk Malaysia dan Singapura, turut dihargai. ► ti, http://luluvikar.wordpress.com/2005/08/01/biografi-buya-hamka/

Daftar Karya Buya Hamka
– Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.
– Si Sabariah. (1928)
– Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929.
– Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).
– Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).
– Kepentingan melakukan tabligh (1929).
– Hikmat Isra’ dan Mikraj.
– Arkanul Islam (1932) di Makassar.
– Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.
– Majallah ‘Tentera’ (4 nomor) 1932, di Makassar.
– Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.
– Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934.
– Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936) Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
– Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
– Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
– Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.
– Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940.
– Tuan Direktur 1939.
– Dijemput mamaknya,1939.
– Keadilan Ilahy 1939.
– Tashawwuf Modern 1939.
– Falsafah Hidup 1939.
– Lembaga Hidup 1940.
– Lembaga Budi 1940.
– Majallah ‘SEMANGAT ISLAM’ (Zaman Jepun 1943).
– Majallah ‘MENARA’ (Terbit di Padang Panjang), sesudah revolusi 1946.
– Negara Islam (1946).
– Islam dan Demokrasi,1946.
– Revolusi Pikiran,1946.
– Revolusi Agama,1946.
– Adat Minangkabau menghadapi Revolusi,1946.
– Dibantingkan ombak masyarakat,1946.
– Didalam Lembah cita-cita,1946.
– Sesudah naskah Renville,1947.
– Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947.
– Menunggu Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi, Sedang Konperansi Meja Bundar.
– Ayahku,1950 di Jakarta.
– Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950.
– Mengembara Dilembah Nyl. 1950.
– Ditepi Sungai Dajlah. 1950.
– Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir 1908 sampai tahun 1950.
– Kenangan-kenangan hidup 2.
– Kenangan-kenangan hidup 3.
– Kenangan-kenangan hidup 4.
– Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938 diangsur sampai 1950.
– Sejarah Ummat Islam Jilid 2.
– Sejarah Ummat Islam Jilid 3.
– Sejarah Ummat Islam Jilid 4.
– Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan ke 2 tahun 1950.
– Pribadi,1950.
– Agama dan perempuan,1939.
– Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang.
– 1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedoman Masyarakat, dibukukan 1950).
– Pelajaran Agama Islam,1956.
– Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952.
– Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1.
– Empat bulan di Amerika Jilid 2.
– Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato di Kairo 1958), utk Doktor Honoris Causa.
– Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM.
– Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M. Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta.
– Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta.
– Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang.
– Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970.
– Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang.
– Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan Bintang.
– Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968.
– Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah).
– Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr Mekkah).
– Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam (Kuliah umum) di Universiti Keristan 1970.
– Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat.
– Himpunan Khutbah-khutbah.
– Urat Tunggang Pancasila.
– Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974.
– Sejarah Islam di Sumatera.
– Bohong di Dunia.
– Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut Kongres Muhammadiyah di Padang).
– Pandangan Hidup Muslim,1960.
– Kedudukan perempuan dalam Islam,1973.
– Tafsir Al-Azhar [1] Juzu’ 1-30, ditulis pada saat dipenjara

Aktivitas lainnya
– Memimpin Majalah Pedoman Masyarakat, 1936-1942
– Memimpin Majalah Panji Masyarakat dari tahun 1956
– Memimpin Majalah Mimbar Agama (Departemen Agama), 1950-1953

Rujukan
Kenangan-kenangan 70 tahun Buya Hamka, terbitan Yayasan Nurul Islam, cetakan kedua 1979.

Wafatnya Nabi Isa, menurut Buya HAMKA

Ketika menafsirkan QS. Ali Imron (3) ayat 55, buya HAMKA didalam Tafsir Al Azhar, menulis :

إِذْ قالَ اللهُ يا عيسى‏ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَ رافِعُكَ إِلَيَّ وَ مُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذينَ كَفَرُوا


“(Ingatlah) tatkala Allah berkata: Wahai lsa,sesungguhnya Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepadaKu, dan membersihkan engkau dari orang-orang yang kafir ” (pangkal ayat 55).

Artinya yang tepat dari ayat ini ialah bahwa maksud orang-orang kafir itu hendak menjadikan Isa Almasih mati dihukum bunuh, seperti yang dikenal yaitu dipalangkan dengan kayu, tidaklah akan berhasil.

Tetapi Nabi Isa Almasih akan wafat dengan sewajarnya dan sesudah beliau wafat, beliau akan diangkat Tuhan ke tempat yang mulia di sisiNya, dan bersihlah diri beliau dari gangguan orang yang kafir-kafir itu.

Kata mutawwafika telah kita artikan menurut logatnya yang terpakai arti asal itu diambillah arti mematikan, sehingga wafat berarti mati, mewafatkan ialah mematikan. Apatah lagi bertambah kuat arti wafat ialah mati, mewafatkan ialah mematikan itu karena banyaknya bertemu dalam al-Qur’an ayat-ayat, yang disana disebutkan tawaffa, tawaffahumul-malaikatu, yang semuanya itu bukan menurut arti asal yaitu mengambil sempurna ambil, melainkan berati mati. Sehingga sampai kepada pemakaian bahasa yang umum jarang sekali diartikan wafat dengan ambil, tetapi pada umumnya diartikan mati juga.

Maka dari itu arti yang lebih dahulu dapat langsung difahamkan, apabila kita membaca ayat ini ialah: “Wahai Isa, Aku akan mematikan engkau dan mengangkat engkau kepadaKu dan membersihkan engkau daripada tipudaya orang yang kafir.”


Pendapat Pendukung

A. Al-Alusi

Di dalam tafsirnya yang terkenal Ruhul Ma’ani, setelah memberikan keterangan beberapa pendapat tentang arti mutawwafika, akhirnya menyatakan pendapatnya sendiri bahwa artinya telah mematikan engkau, yaitu menyempurnakan ajal engkau (mustaufi ajalika) dan mematikan engkau menurut jalan biasa, tidak sampai dapat dikuasai oleh musuh yang hendak membunuh engkau.

Dan beliau menjelaskan lagi bahwa arti warafi’uka ilayya, dan mengangkat engkau kepadaKu , telah mengangkat derajat beliau , memuliakan beliau, mendudukkan beliau, di tempat yang tinggi, yaitu roh beliau sesudah mati. Bukan mengangkat badannya.

Lalu al-Alusi mengemukakan beberapa kata rafa’a yang berarti “angkat” itu terdapat pula dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an yang tiada lain artinya daripada mengangkat kemuliaan rohani sesudah meninggal.

B. Syaikh Muhammad Abduh

Beliau menerangkan tentang tafsir ayat ini demikian:
Ulama di dalam menafsirkan ayat ini menempuh dua jalan. Yang pertama dan yang masyhur ialah bahwa dia diangkat Allah dengan tubuhnya dalam keadaan hidup, dan nanti dia akan turun kembali di akhir zaman dan menghukum di antara manusia dengan syariat kita. Dan kata beliau seterusnya: ” …….Dan jalan penafsiran yang kedua ialah memahamkan ayat menurut asli yang tertulis, mengambil arti tawaffa dengan maknanya yang nyata, yaitu mati seperti biasa, dan rafa’a (angkat), ialah rohnya diangkat sesudah beliau mati.

Dan kata beliau pula: ” Golongan yang mengambil tafsir cara yang kedua ini terhadap hadits-hadits yang menyatakan Nabi Isa telah naik ke langit dan akan turun kembali, mereka mengeluarkan dua kesimpulan (takhrij).

Kesimpulan pertama: Hadits-hadits itu ialah hadits-hadits ahad yang bersangkut-paut dengan soal i’tikad (kepercayaan) sedang soal-soal yang bersangkutan dengan kepercayaan tidaklah dapat diambil kalau tidak qath’i (tegas). Padahal dalam perkara ini tidak ada sama sekali hadits yang mutawatir.”

Kemudian beliau terangkan pula takhrij golongan kedua ini tentang nuzul Isa (akan turun Nabi Isa di akhir zaman) itu. Menurut golongan ini kata beliau turunnya Isa bukanlah turun tubuhnya, tetapi akan datang masanya pengajaran Isa yang asli , bahwa intisari pelajaran beliau yang penuh rahmat, cinta dan damai dan mengambil maksud pokok dari syariat, bukan hanya semata-mata menang kulit, yang sangat beliau cela pada perbuatan kaum Yahudi seketika beliau datang dahulu, akan bangkit kembali.” Demikianlah keterangan Syaikh Muhammad Abduh. (Tafsiral-Manar, jilid III, 317, cet. ke 3.)

C. Sayid Rasyid Ridha

Beliau pernah menjawab pertanyaan dari Tunisia. Bunyi pertanyaan: “Bagaimana keadaan Nabi Isa sekarang? Di mana tubuh dan nyawanya? Bagaimana pendapat tuan tentang ayat inni mutawwaffika wa rafi’uka ? Kalau memang dia sekarang masih hidup, seperti di dunia ini, dari mana dia mendapat makanan yang amat diperlukan bagi tubuh jasmani haiwani itu ? Sebagaimana yang telah menjadi Sunnatullah atas makhlukNya ? “

Sayid Rasyid Ridha, sesudah menguraikan pendapat- pendapat ahli tafsir tentang ayat yang ditanyakan ini, mengambil kesimpulan: “Jumlah kata, tidaklah ada nash yang sharih (tegas) di dalam al-Qur’an bahwa Nabi Isa telah diangkat dengan tubuh dan nyawa ke langit dan hidup di sana seperti di dunia ini, sehingga perlu menurut sunnatullah tentang makan dan minum, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang makan beliau sehari-hari.

Dan tidak pula ada nash yang sharih menyatakan beliau akan turun dari langit. Itu hanyalah akidah dari kebanyakan orang Nasrani, sedang mereka itu telah berusaha sejak lahirnya Islam menyebarkan kepercayaan ini dalam kalangan kaum Muslimin.”
Lalu beliau teruskan lagi: “Masalah ini adalah masalah khilafiyah sampaipun tentang masih diangkat ke langit dengan roh dan badannya itu.”

D. Syaikh Mustafa al-Maraghi

Beliau adalah Syaikh Jami al-Azhar yang terkenal sebelum Perang Dunia ke-2, menjawab pertanyaan orang tentang ayat ini: “Tidak ada dalam al-Qur’an suatu nash yang sharih dan putus tentang Isa as. diangkat ke langit dengan tubuh dan nyawanya itu, dan bahwa dia sampai sekarang masih hidup, dengan tubuh nyawanya.

Adapun sabda Tuhan mengatakan: “Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepadaKu dan membersihkan engkau daripada orang-orang yang kafir itu!” Jelaslah bahwa Allah mewafatkannya dan mematikannya dan mengangkatnya, zahirlah (nyata) dengan diangkatnya sesudah wafat itu, yaitu diangkat derajatnya di sisi Allah, sebagaimana Idris as. dikatakan Tuhan: “dan Kami angkatkan dia ke tempat yang tinggi.” Dan inipun jelas pula, yang jadi pendapat setengah ulama-ulama Muslimin, bahwa beliau diwafatkan Allah, wafat yang biasa, kemudian diangkatkan derajatnya. Maka diapun hiduplah dalam kehidupan rohani, sebagaimana hidupnya orang-orang yang mati syahid dan kehidupan Nabi-nabi yang lain juga.

Tetapi jumhur Ulama menafsirkan bahwa beliau diangkat Allah dengan tubuh dan nyawanya, sehingga dia sekarang ini hidup dengan tubuh dan nyawa, karena berpegang kepada hadits yang memperkatakan ini, lalu mereka tafsirkan al-Qur’an disejalankan dengan maksud hadits-hadits itu.

Lalu kata beliau: “Tetapi hadits-hadits ini tidaklah sampai kepada derajat hadits-hadits yang mutawatir, yang wajib diterima sebagai akidah. Sebab akidah tidaklah wajib melainkan dengan nash al-Qur’an dan hadits-hadits yang mutawatir. Oleh karena itu maka tidaklah wajib seorang Muslim beri’tikad bahwa Isa Almasih hidup sekarang dengan tubuh dan nyawanya, dan orang yang menjalani akidah itu tidaklah kafir dari Syariat Islam.”

Sumber :
Tafsir Al Azhar Qs Ali Imron ayat 52-58

 

Ada satu member milis Syiar Islam milik Aliran Sesat di Indonesia yang di satu tulisan mendiskreditkan MUI
dengan mengatakan bahwa MUI mengeluarkan fatwa SDSB halal, padahal ternyata itu
tidak benar sama sekali.

MUI (Majelis Ulama Indonesia) adalah perwakilan dari para ulama dari berbagai
ormas Islam di Indonesia (NU, Muhammadiyah, Persis, DDII, dsb). Dalam fatwanya
MUI sering menyatakan bahwa aliran sesat seperti Ahmadiyah, Inkar Sunnah,
Liberalisme/JIL, adalah sesat. Sehingga para aliran sesat tsb akhirnya
bersekutu mencoba menjelek-jelekkan MUI.

Fatwa Sesat MUI untuk JIL, Ditunggu!

Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang didirikan Juli 1975, pada 25 hingga 28
Juli 2005 menyelenggarakan Musyawarah Nasional. Acara lima tahunan ini, sangat
ditunggu-tunggu ummat Islam, terutama berkenaan dengan dikeluarkannya fatwa MUI
untuk Jaringan Islam Liberal. Tegasnya, ummat Islam mengharapkan MUI segera
mengeluarkan fatwa sesat untuk Islam Liberal yang dikomandani Ulil.

Tidak ada alasan bagi MUI untuk tidak bersikap tegas terhadap kelompok JIL ini,
antara lain karena JIL mendapat respons negatif dari ummat Islam. Sebagai
contoh, pada Muktamar NU di Boyolali Jawa Tengah November 2004 lalu,
dikeluarkan persyaratan yang menolak sosok yang terindikasi Islam Liberal untuk
duduk di dalam kepengurusan NU. Kepada orang-orang yang dipandang sebagai
pengusung ide Islam Liberal seperti Masdar F.. Mas’udi, Said Agil Siradj dan
lainnya, disuruh mengangkat janji dengan menanda-tangani pernyataan yang isinya
adalah tidak mengembangkan faham liberal di NU.

Sejalan dengan NU, ormas Muhammadiyah pada muktamaranya di Malang Jawa Timur
3-8 Juli 2005 telah menyingkirkan tokoh-tokoh yang menurut mereka berfaham
liberal seperti Amin Abdullah rektor IAIN/UIN Jogjakarta, Abdul Munir Mulkhan
wakil rektor UIN Jogjakarta, dan Dawam Rahardjo.. Mereka ini tidak terpilih
dalam jajaran 13 orang calon pengurus PP (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah.

Sepanjang sejarahnya, MUI telah berhasil menempatkan diri sebagai institusi
penjaga aqidah ummat, sejak didirikannya 1975, antara lain oleh almarhum Buya
HAMKA.

Buya HAMKA merupakan Ketua Umum MUI pertama. Pada masa beliau, MUI mengeluarkan
fatwa tentang haramnya umat Islam mengikuti perayaan natal dan haram pula
mengucapkan selamat natal.. Fatwa tersebut mendapat reaksi dari Menteri Agama
Alamsyah Ratu Perwiranegara, dan ia mewakili pemerintah meminta fatwa tersebut
dicabut. Buya Hamka memilih mundur dari jabatan Ketua Umum MUI daripada harus
mencabut fatwa tersebut. Buya Hamka wafat tahun 1981, tak lama setelah
mengundurkan diri.

Buya HAMKA juga dengan tegas menolak aliran kepercayaan/kebatinan untuk diatur
(dimasukkan) ke GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara). Meski akhirnya di tahun
1978 aliran kepercayaan berhasil masuk GBHN, namun ternyata semangat Buya Hamka
itu masih tertanam kuat di dada umat, sehingga di tahun 2000-an setelah
jatuhnya Presiden Soeharto, aliran kepercayaan itu pun dihapus dari GBHN oleh
Sidang Istimewa MPR.

Buya Hamka juga mewariskan sesuatu yang sangat penting: Dalam Munas II Alim
Ulama MUI difatwakan, Ahmadiyah itu di luar Islam, dan sesat menyesatkan. Fatwa
itu pun diperkuat dengan diterbitkannya surat edaran Dirjen Bimas Islam dan
Urusan Haji Departemen Agama 1984. Kini di tahun 2005 fatwa MUI itu punya makna
penting untuk sandaran menutup dan melarang kampus Mubarok, pusat Ahmadiyah
Indonesia di Parung Jawa Barat, yang ditetapkan pelarangaannya oleh Pemda
Kabupaten Bogor dengan jajarannya, pada tanggal 20 Juli 2005.

Keberhasilan ini membuat orang-orang berpaham liberal seperti Dawam
Rahardjo, Johan Effendi (anggota resmi Ahmadiyah), Musdah Mulia, dan Ulil
Abshar Abdalla (yang berfaham pluralisme agama alias menyamakan semua agama)
serempak menggugat-gugat fatwa MUI. Bahkan Ulil Abshar Abdalla kordinator JIL
(Jaringan Islam Liberal) dengan lancang mengusulkan dalam dialog dengan H.
Amidhan (Ketua MUI) di Metro TV (Senin malam 18 Juli 2005), agar Fatwa MUI
tentang sesatnya Ahmadiyah itu dicabut dan direvisi. Ternyata Ulil ini selain
menamakan dirinya liberal juga terkesan lebih otoriter dibanding rezim Orde
Baru. Rezim Soeharto saja tidak sampai mengungkapkan usulan lancang seperti
dilontarkan Ulil, meski berbeda pendapat berkenaan dengan fatwa MUI tentang
perayaan natal. Ketika itu, usulan lancang Ulil ditolak H Amidhan (Ketua MUI),
kalau fatwa itu direvisi atau bahkan dicabut maka akan kacau. Sebab fatwa
tentang kesesatan Ahmadiyah itu sudah melalui proses
kajian yang sangat mendalam.

Pasca Buya Hamka

Kepengurusan MUI pasca Buya Hamka dipimpin oleh KH Syukri Ghozali, asal
Salatiga Jawa Tengah, yang penampilannya sangat tenang. Sedangkan yang
mendampinginya sebagai wakil adalah KH Hasan Basri, asal Banjarmasin,
Kalimantan Selatan.

Pada masa kepemimpinan KH Syukri Ghozali ini, Teguh Esha, Nazwar Syamsu dan
lainnya yang mengusung faham Inkar Sunnah (tidak memakai Hadits Nabi saw
sebagai landasan Islam) pun dilibas oleh kiai tenang ini. Pentolannya pun
dipanggil. Lalu Kejaksaan Agung (pemerintah) pun melarang faham Inkar Sunnah.
Seorang pejabat Departemen Agama yang terpeleset dalam mu’amalahnya sehingga
terperosok mengikuti paham Inkar Sunnah pun terkena geser dari jabatannya.

Sayangnya, meski MUI berhasil melibas Inkar Sunnah dengan persetujuan
pemerintah, namun tidak berhasil melibas buku Catatan Harian Ahmad Wahib,
Pergolakan Pemikiran Islam suntingan Djohan Effendi dan Ismet Natsir yang
diterbitkan LP3ES Jakarta (1982). Ketika itu, petinggi LP3ES adalah Dawam
Rahardjo. Buku itu diberi kata pengantar oleh Mukti Ali mantan menteri agama.

Walaupun MUI menyatakan bahwa buku itu berbahaya, sesat, dan penulisnya
dinyatakan murtad –karena di antara isinya bertentangan dengan Islam, misalnya
Karl Marx akan masuk surga dan surganya tertinggi bersama Nabi Muhammad saw–
namun menurut satu sumber, cukup dikilahi oleh Djohan Effendi yang pejabat di
Departemen Agama dengan sepucuk surat dari Badan Litbang Depag bahwa itu buku
ilmiyah, maka tidak bisa dibredel.

MUI dan umat Islam yang sudah risau dengan buku itu sejak 1982, tahu-tahu di
tahun 2002 buku Catatan Harian Ahmad Wahib itu dijadikan objek lomba penulisan
resensi oleh kelompok JIL, dengan iming-iming hadiah pertama 30 juta rupiah.
Lomba itu diulang-ulang sampai kini.

Pada tahun 1983 KH Syukri Ghazali dipanggil ke hadirat Allah SWT. Beliau hanya
sempat memimpin MUI selama 2 tahun (sejak 1981). Pada tahun-tahun 1983 itu,
pekerjaan MUI masih sangat banyak.

Sepeninggal KH Syukri Ghazali, ada seorang tokoh dari Bandung yang ditengarai
akan memuluskan program Presiden Soeharto untuk melegalkan asas tunggal
Pancasila. Konon di kota suci Makkah pun tokoh ini sempat berbincang masalah
yang disengiti umat Islam itu. Ada yang memperkirakan, tokoh ini berhasrat
memimpin MUI, ketika itu diperkirakan Soeharto pun merestui, karena KH Hasan
Basri wakil Ketua MUI yang punya peluang memimpin MUI, dikenal sebagai orang
keras. Ternyata Allah SWT berkehendak lain, yaitu mewafatkan tokoh itu sebelum
Munas MUI 1985. Maka sambil menunggu keputusan Munas MUI 1985, secara otomatis
kepemimpinan MUI dipegang oleh KH Hasan Basri. Entah kenapa, walaupun Soeharto
khabarnya kurang senang kepada KH Hasan Basri, namun beliau tetap dibolehkan
terpilih jadi ketua umum MUI periode 1985-1990.

Begitu diangkat jadi Ketua Umum MUI, KH Hasan Basri langsung ditugaskan oleh
Menteri Agama Munawir Sjadzali untuk menjadi Amirul Hajj Indonesia (pemimpin
haji Indonesia) 1985. Sepulang dari berhaji, KH Hasan Basri berbicara kepada
para wartawan bahwa umat Islam Indonesia, khususnya mereka yang melaksanakan
ibadah haji, ternyata banyak yang belum mengerti tatacara ibadah, termasuk soal
tata cara ber-wudhu, sehinga perlu disediakan pembimbing ibadah haji. Saran KH
Hasan Basri itu dilaksanakan oleh Menteri Agama. Maka mulai 1986 diadakan tim
pembimbing ibadah haji (TPIH). Dalam pelaksanaannya, yang berangkat kebanyakan
pejabat Departemen Agama dan mereka membawa isteri. Maka tahun 1987 Menteri
Agama menginstruksikan TPIH tidak boleh membawa isteri. Selanjutnya dari
ormas-ormas Islam diberi kesempatan menjadi anggota TPIH. Terhadap kebijakan
ini, ada yang memaknai sebagai kampanye terselubung untuk mendukung Golkar.
Ketika itu lahirlah istilah “Haji
Abdidin” (Haji atas biaya dinas).

Di masa KH Hasan Basri, banyak masalah yang harus dihadapi MUI. Antara lain
merajalelanya Porkas yang kemudian dinamai SDSB (Sumbangan Dana Sukarela
Berhadiah), alias judi kupon dengan membeli nomor kupon secara nasional.
Gara-gara terpengaruh SDSB yang menjanjikan hadiah besar ini, rakyat awam yang
kurang iman dan ingin cepat kaya pun banyak yang menjual sawah, kebun, rumah,
dan sebagainya untuk membeli kupon SDSB. Ketika itu, orang-orang gila pun naik
pangkat, dijadikan ‘narasumber’ untuk ditanyakan tentang nomor yang akan keluar
tiap seminggu sekali. Bahkan para Kiai pun ada yang ditanya tentang nomor..

KH Hasan Basri dalam satu rapat di Forum Ukhuwah Islamiyah MUI, pernah
menginformasikan, bahwa beliau dan jajaran pengurus MUI pernah menghadap ke
Presiden Soeharto, untuk melaporkan bahwa SDSB menurut pengamatan MUI dan
laporan MUI daerah-daerah, lebih banyak mudhorotnya dibanding mafaatnya. Tetapi
keluhan MUI ini dijawab Soeharto dengan tenangnya: “Kalau begitu Pak Kiai,
tolong kami dibantu mengurangi mudhorotnya itu!” Rupanya, presiden Soeharto
tidak paham maksud mudhorot yang disampaikan para ulama.

Judi SDSB saat itu sangat sulit dihentikan, karena merupakan kemauan presiden.
Sehingga Menteri Sosial kala itu (seorang perempuan) tidak bisa berbuat lain.
Ketika sang ibu menteri sosial pulang dari menunaikan ibadah haji ditanya
wartawan, bagaimana tentang SDSB, dijawab: “Insya Allah dilanjutkan!” Sebuah
jawaban yang menunjukkan kebingungan.

Setelah umat Islam kian sangat resah, MUI kembali menegaskan bahwa SDSB haram
hukumnya. Akhirnya SDSB dicabut setelah berjalan sekitar 7 tahun dan telah
mengakibatkan aneka kerusakan di masyarakat.

Di samping harus menghadapi masalah judi, MUI juga harus menghadapi Menteri
Agama Munawir Sjadzali yang bersikeras mau mengubah hukum waris Islam, agar
wanita bagiannya sama dengan laki-laki. MUI tidak diam. Karena di Al-Qur’an
Surat An-Nisaa’ ayat 11 menegaskan, bagi anak laki-laki (bagian warisannya)
seperti dua bagian anak perempuan; maka Ketua Komisi Fatwa MUI Prof KH Ibrahim
Hosen menentang pendapat Pak Munawir Sjadzali. Penentangannya itu dilakukan
dengan berkirim surat ke Presiden Soeharto dan juga ke pers, di antaranya
Hartono Ahmad Jaiz yang ketika itu menjadi wartawan Harian Pelita, dikirimi
tulisan itu. Sehingga proyek Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang oleh Menag
Munawir Sjadzali diupayakan untuk mengikuti pendapatnya, ternyata berhasil
digagalkan, karena MUI pun duduk di sana bersama ulama-ulama se-Indonesia.

Masalah KHI ini kembali terulang (di tahun 2004) pada masa Departemen Agama
dipimpin oleh Said Agil Al-Munawwar, yang belakangan menjadi tersangka kasus
korupsi Dana Abadi Ummat di Departemen Agama. Sosok Musdah Mulia menjadi figur
sentral di dalam mengajukan KHI versi pikiran sesat orang-orang berfaham
Liberal. Hal ini menunjukkan bahwa setan-setan pengusung paham liberal dan
pluralisme agama ini tidak pernah berhenti mengacaukan aqidah ummat. Dan ini
menjadi bukti bahwa MUI perlu segera mengeluarkan fatwa tentang kesesatan JIL
(Jaringan Islam Liberal). Karena, meski Ahmad Wahib dan Harun Nasution sudah
mati, Mukti Ali dan Munawir Sjadzali juga mati, namun penerusnya masih hidup
dan terus berusaha merusak aqidah umat.

Periode selanjutnya, KH Hasan Basri masih terpilih lagi sebagai ketua umum.
Ketika itu, beliaun sudah dalam kondisi sakit-sakitan, kemudian wafat.
Kepemimpinan MUI pun kemudian dipegang KH Sahal Mahfud yang tinggal di Pati
Jawa Tengah. Ulama yang petinggi NU (Nahdlatul Ulama) ini harus bolak-balik
Pati- Jakarta yang jarak tempuh mobil sekitar 9 jam. Maka sering-sering yang
memberi pernyataan dalam hal-hal yang spontan biasanya H Amidhan selaku salah
satu Ketua MUI atau Din Syamsuddin Sekretaris Umum MUI.

Dalam kasus Ahmadiyah, suara MUI cukup mendapatkan respon positif dari umat
Islam, tetapi mendapat respon negatif dari kalangan liberal yang sering membela
kesesatan termasuk Ahmadiyah, padahal Ahmadiyah telah difatwakan MUI sesat
menyesatkan, sebagaimana telah difatwakan oleh Liga Dunia Islam (Rabithah Alam
Islami) yang bermarkas di Makkah. Di samping itu, usulan para kiai dan ulama
dalam KUII (Kongres Umat Islam Indonesia) yang diselenggarakan MUI agar JIL dan
kelompok liberal dibatasi bahkan dilarang, masih terngiang di telinga umat
Islam pada umumnya.

Sudah seharusnya MUI kali ini tidak boleh melupakan sejarah.
Kegagalan dalam upaya memberedel buku Ahmad Wahib di tahun 1982 telah
mengakibatkan buku itu kini dicetak ulang dengan biaya dari pihak asing dan
dijadikan objek lomba menulis resensi dengan hadiah yang sangat tinggi. Ini
tentunya merupakan masalah yang oleh MUI tidak boleh terlewatkan dari
pengamatannya, bahkan seharusnya menjadi agenda yang kudu dituntaskan sebelum
pekerjaan lain yang lebih besar datang menjelang.








Asal Usul Bali Terunyan


Nama dari Desa Terunyan berasal dari kata “Taru dan Menyan”, pohon berbau harum yang tumbuh di desa itu, orang-orang disana percaya bahwa pohon itu sangat penting. Mayat orang yang meninggal diletakkan di atas kuburan terbuka di bawah pohon tersebut dengan wajah terbuka dengan hanya memakai kain putih dan “ancak saji”. Cara penguburan ini disebut “Mepasah”.

Desa Terunyan sebagai bagian dari kecamatan Kintamani terletak di tepi Danau Batur atau di Kaki sebelah Barat dai Gunung Abang. Penduduk desa ini adalah keturunan asli bali Age. Dengan aspek kebudayaan yang unik, desa ini dapat dicapai dengan boat dari desa Kedisan, menyeberangi Danau Batur selama ± 30 menit.

Kabut tipis membalut bagian-bagian atas lembah di sisi timur danau. Cahaya yang menyilaukan dari kejauhan berangsur jadi pemandangan dusun yang sunyi saat perahu merapat ke Terunyan.

“Selamat datang di Desa Terunyan,” ujar seorang laki-laki setengah baya. Ia menarik dan menambatkan perahu yang kami tumpangi, sekaligus menempatkan papan kayu sebagai pijakan kaki untuk menapak daratan.

Suasana khas desa itu langsung tercium. Khas karena apa yang tersaji di depan mata kala itu pantaslah disebut antitesis dari suasana Bali bagian selatan, seperti Denpasar, Kuta, dan Kabupaten Badung, yang sibuk, padat, dan tergesa-gesa. Sementara wilayah terpencil di Kintamani, Kabupaten Bangli, itu terlihat tenang, lapang, dan santai.

Pantulan cahaya yang kelihatan semula adalah atap-atap rumah warga Terunyan yang terbuat dari seng. Perahu-perahu motor dan jukung tertambat di depan danau. Kaum laki-laki duduk-duduk, kaum perempuan mencuci pakaian, ditemani sejumlah anak yang berenang di bagian pinggir danau. Lelaki itu mengantar menemui Perbekel (Kepala Desa) Terunyan Ketut Sutapa (42).

Orang Terunyan biasa disebut orang Bali Aga, Bali Mula, atau Bali Turunan. Bali Aga berarti orang Bali Pegunungan, Bali Mula berarti Bali Asli. Nama Bali Aga diperoleh dari penduduk Bali lainnya, yang menyebut diri Bali Hindu yang merupakan penduduk mayoritas di Pulau Bali. Bali Hindu adalah entitas kaum yang terkena pengaruh kebudayaan Jawa Majapahit.

Namun, warga setempat lebih suka dengan sebutan Bali Turunan karena mereka percaya leluhur mereka ”turun” dari langit ke Bumi Terunyan.

Sebuah mitos (dongeng suci) tentang asal-usul penduduk Terunyan menguatkan kepercayaan itu. Seperti dituturkan oleh Sutapa, leluhur perempuan mereka adalah seorang dewi yang turun ke desa itu. Rahim dewi ini dibuahi oleh Sang Surya hingga melahirkan anak kembar, salah satunya perempuan. ”Anak perempuan itu lalu kawin dengan seorang putra Raja Jawa (disebut Putra Dalem Solo). Raja itu datang ke Terunyan karena tertarik dengan bau harum yang dipancarkan sebatang pohon menyan yang tumbuh di desa ini. Dari dua insan itulah warga Terunyan berasal,” kata Sutapa.

 

Desa Terunyan di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, terletak di lembah perbukitan di pinggir Danau Batur, Desa itu merupakan salah satu desa tua di Pulau Bali.

Mitos itulah yang menerangkan asal-usul nama desa itu, sekaligus inti kepercayaan masyarakat Terunyan (Kebudayaan Petani Desa Trunyan di Bali, Danandjaja, 1980).

Perihal keberadaan desa itu, para arkeolog memperkirakan Terunyan sudah ada sejak abad X Masehi. Dari prasasti Trunyan AI, misalnya, terekam adanya tulisan tahun 833 Saka yang menerangkan izin pembangunan satu kuil untuk Batara Da Tonta yang tidak lain adalah Ratu Sakti Pancering Jagat. Di Pura Terunyan, Ratu Sakti Pancering Jagat berupa batu raksasa setinggi sekitar 4 meter. Menurut arkeolog R Goris, batu itu adalah hasil seni patung gaya megalitik.

Pura Ulun Danau Batur

Danandjaja juga menyebut sejumlah alat batu paleolitik, seperti kapak perimbas, proto kapak genggam, kapak berimbas berpuncak, dan kapak berimbas pipih, dan itu semua pernah ditemukan ahli ilmu prasejarah RP Soejono sewaktu ia menjabat Kepala Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Cabang II Bedulu, Gianyar, Bali, tahun 1970-an. RP Soejono memperkirakan artefak berasal dari zaman Pleistosen Bawah (kira-kira 300.000 tahun lalu).

Dari sisi kehidupan religi, religiositas warga Terunyan dapatlah disebut sebagai sebuah versi berbeda dari Hindu pada umumnya di Bali. Dari luar memang terlihat adanya tata cara Hindu Bali, mulai dari bentuk pura. Namun, dewa yang dipuja adalah dewa-dewa asli Terunyan, terutama Ratu Sakti Pancering Jagat dan Ratu Ayu Pingit Dalam Dasar. Warga Terunyan tak mengenal dewa-dewa yang berasal dari Hindu India, seperti Syiwa, Wishnu, dan Brahma.

Seperti diungkapkan Sutapa, ritual-ritual keagamaan di Terunyan berbeda dengan penganut Hindu di Bali. Salah satu contoh adalah ritual Nyepi. ”Pada hari Nyepi kami beraktivitas seperti biasa, memasak, bercengkerama, juga menyalakan listrik atau lampu,” kata Sutapa.

Ketika Nyepi malam hari, lampu-lampu penerangan warga Terunyan yang terletak di lembah timur Gunung Batur bak kunang-kunang yang berkedip jika dilihat dari Penelokan, sisi selatan Batur. Sebab, hampir seluruh Bali saat itu praktis tanpa penerangan.

Dari sekian pandangan, cara hidup, hingga ritual yang dilakukan warga Terunyan, cara pemakaman warga yang meninggal boleh dikatakan paling diingat orang tentang desa itu.

Warga setempat tidak mengebumikan atau membakar anggota komunitasnya yang meninggal dunia, tapi meletakkannya saja di atas tanah, di bawah udara terbuka. Adat pemakaman ini disebut mepasah. Ada tiga jenis pemakaman: sema wayah (bagi warga yang menikah dan meninggal secara wajar), sema nguda (untuk warga yang masih bujangan dan meninggal wajar), dan sema bantas (tempat pemakaman bagi mereka yang meninggal tidak wajar/salah pati). Sema bantas adalah mengubur jasad.

Cara pemakaman itu menjadi daya tarik bagi turis yang luar biasa sejak era 1970-an. Menurut salah satu pemandu wisata di Terunyan, Nengah Kama (34), desa itu pernah dikunjungi 1.000 turis dalam sehari.

Terdapat sembilan jasad yang diletakkan di sema wayah. Sebuah pohon kemenyan raksasa melingkupi pemakaman itu. Salah satu jasad masih berumur 20 hari. Mereka diletakkan dengan ditutupi kain kafan putih, ditutupi dengan tatanan irisan bambu. Tidak ada bau menyengat di area makam itu.

Danandjaja menyebut tradisi mepasah merupakan tradisi pra-Hindu, ditemukan di desa Bali Aga lain di Bali, seperti Sembiran di Kabupaten Buleleng dan Tenganan (Karangasem). Sejarawan Soekmono mencatat, tradisi itu pernah hidup di Prambanan (perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah sekarang) sebelum abad XIX.

Masyarakat Terunyan tak ingin disebut primitif, tapi lapang dada jika dibilang konservatif. Dan, tanpa lelah mereka berusaha mempertahankan entitas dan tradisi Bali Turunan.